NusantaraInsight, Makassar — Duta Baca Provinsi Sulawesi Selatan (Sulsel) Ramlah Rara mengadakan launching dan diskusi buku Literasi Demokrasi, Duduk di Ruang Demokrasi, Sabtu (2/3/2024) di Kafe Baca Jalan Adhyaksa Nomor 2 Makassar.
Pada launching dan diskusi buku ini dihadiri oleh sejumlah narasumber yang pakar di bidangnya antara lain, Rusdin Tompo (Penulis dan Penyair) Dr. Muhammad Ridha (Penulis, Ketua Prodi Agama FUFP UIN Alauddin), Rahman Rumaday (Founder K-Apel), Adi Akbar (Politisi PKS) dan Bachtiar Adnan Kusuma (Penggiat Literasi) serta dipandu oleh moderator Firdaus, S.Ag (Kabid Pendidikan dan Penelitian DPP HIPMA Gowa).
Ramlah Rara dalam sambutannya pada pembukaan diskusi mengungkapkan salah satu quote yang membuat dirinya menulis buku yang ketiga.
“Isi kepala saya tak bisa di tahu oleh semua orang, untuk itulah saya menulis,” ungkapnya.
Lanjut ia menyampaikan bahwa salah satu latar belakang terbitnya buku ini, karena kisah nyata yang dialami oleh kakaknya, ketika maju pada tes PPK di desanya.
“Kakak saya sangat yakin dapat lulus untuk jadi anggota PPK dan PPS, namun kenyataannya yang lolos adalah para kerabat orang besar,” kata Ramlah.
“Untuk itulah buku ini lahir,” tutupnya.
Senada dengan itu, Muhammad Ridha juga mengutip adagium latin yaitu Verba volant, scripta manent. Yang diucapkan akan lenyap, yang dituliskan akan abadi.
“Semua yang diucap akan hilang, semua yang dituliskan akan abadi,” tegasnya.
Sementara itu Rusdin Tompo membuat ada 5 catatan untuk lahirnya sebuah buku.
“Ada lima catatan dalam buku yang perlu dielaborasi lalu kemudian ada aspek-aspek data penguatan data pada aspek-aspek tertentu terutama yang berkaitan dengan gen Z,” ucapnya.
Ia juga menyampaikan bahwa setiap penulis itu ada mashabnya atau tema yang dipilih untuk tema tulisan.
“Tentu sebagai penulis kita mesti tahu apa konten yang kita tuliskan ini, contohnya jika kita penjual kue tentu kita tahu kue apa yang kita jual,” terangnya.
Ia juga menyinggung terkait kencenderungan algoritma media sosial yang kita gunakan akan mendatangi kita.
“Contoh pada piala dunia, saya sangat suka Messi dan Argentina dan setiap harus saya menjelajah media tentangnya. Dan walhasil semua info terkait Argentina dan Messi mendatangi kita,” ulasnya.
Rusdin Tompo juga kembali mengingatkan bahwa buku ini masih perlu elaborasi lebih jauh lagi.
Founder K-Apel Rahman Rumaday sedikit mengkritik dan juga memuji buku ini.
“Buku ini tidak ada Google Map, seperti kita berada di hutan kita tidak tahu berada di mana, karena buku ini tidak ada daftar isinya,” kritiknya.