NusantaraInsight, Jeneponto — Dalam rangka asesmen lapangan, tim asesor Lembaga Akreditasi Mandiri Ekonomi Manajemen Bisnis dan Akuntansi (LAMEMBA) kembali melakukan tugasnya di kampus Institut Turatea Indonesia (INTI) Jeneponto, pada prodi ekonomi pembangunan, Senin (4/8/2025).
Dijemput langsung oleh Sekretaris Yayasan YAPTI Dr. Ady Sumady di bandara Sultan Hasanuddin, Dr. Ake Wihadanto, SE., MT dan Dr. Taosige Wau, SE., M.Si sebagai tim Asesor LAMEMBA, diterima di Kampus INTI pukul 8.30 Wita oleh Ketua Yayasan YAPTI Maysir Yulanwar, Rektor INTI Prof. Dr. Maksud Hakim, wakil rektor INTI Syahban Ali Amir, S.Pd., SE., M.Pd jajaran dosen dan civitas akademika kampus INTI lainnya.
Disambut Tari Pa’duppa yang gemulai dengan tabuhan gendang bertalu, menjadi tradisi mahasiswa INTI dalam menjamu dan memuliakan tamu.
Sejak dikeluarkannya Peraturan BAN-PT No. 9 Tahun 2020 Tentang Kebijakan Pengalihan Akreditasi Program Studi dari Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi Ke Lembaga Akreditasi Mandiri, menjadikan proses Akreditasi Program Studi (APS) dialihkan ke Lembaga Akreditasi Mandiri (LAM). Salah satu LAM yang paling siap melaksanakan Akreditasi Program Studi (APS) adalah LAMEMBA.
Ada beberapa tujuan dan fungsi LAMEMBA, antara lain: Melaksanakan penilaian akreditasi Program Studi Ekonomi, Manajemen, Bisnis dan Akuntansi (PS EMBA), untuk memastikan kelayakan PS EMBA atas dasar kriteria yang mengacu pada Standar Nasional Pendidikan Tinggi (SNPT); dan memberi kontribusi dalam peningkatan mutu PS EMBA yang berdaya saing nasional dan atau internasional.
Tujuan dan fungsi inilah yang dilakukan Tim Asesor LAMEMBA di kampus INTI selama dua hari, yang berakhir pada Selasa (5/8/2025) menjelang Magrib.
“Kampus INTI dinaungi yayasan yang bagus. Punya tim yang kompak, sangat kooperatif saat kami meminta bukti dokumen. Semua serba cepat dan tertata,” puji Ake Wihadanto. Doktor dari Universitas Terbuka yang juga seniman ini memuji kerindangan halaman kampus INTI yang dipenuhi pepohonan bambu. “Yang paling khas dengan kampus ini adalah pohon bambunya. Tanam bambu kuning juga, pak Ketua,” saran Ake pada ketua Yayasan di sela rehat.
Kampus INTI memang dikenal sebagai kampus teduh. Ratusan pohon jenis Bambu Hijau (Bambusa tuldoides) tumbuh subur meneduhi mahasiswa yang melakukan aktivitas di bawahnya. Bambusa mampu tubuh setinggi 18 meter, rimbun dan kuat.
“Kurikulum prodi harus fokus pada core-nya,” ungkap Ake memberi masukan. “Lakukanlah benchmarking ke kampus yang unggul, agar dapat mempelajari sistemnya,” lanjut pria asal Bandung, penikmat ikan bakar ini.