Terkapar

@@@

Setelah Sang Guru dan seluruh jamaah usai melantunkan salawat Jibril seratus kali, dilanjutkan dengan zikir Lailaha illallah.
Daeng Dundu yang sebelumnya mulai tenang, kembali berteriak-teriak.
“Panas! Panas! Panas!”
“Ampun, ampun. Aku mau keluar.”geremang mulutnya.
Sang Guru dan seluruh jamaah, lagi-lagi, tak menghiraukannya.
“Kalau tidak berhenti, akan kubunuh kalian semua!”ancam Daeng Dundu.
Sekitar 20 jamaah yang khusyuk berzikir, ternyata di antaranya ada yang sudah mulai terpengaruh. Mungkin karena ancaman Daeng Dundu.
Melihat gelagat di antara jamaah, Sang Guru mengingatkan.
“Tetap fokus dengan zikirnya,”pesannya.
Tetapi karena Daeng Dundu berdiri dan ingin menghajar jamaah yang ada disekelilingnya, maka Sang Guru segera merespon Daeng Dundu.
“Kamu siapa?”
“Saya musuh kalian!”
“Sejak kapan kamu ada di dalam tubuh ini?”
“Sudah lama.”
“Kamu bisa keluar di dalam tubuh ini? Ini bukan tempatmu.”
“Saya tidak mau keluar. Saya sudah menyatu dengan orang ini.”
“Tidak. Kamu harus keluar di dalam tubuh ini.”
“Tidak! Saya tidak mau keluar!”
“Kalau kamu tidak mau keluar, maka saya akan bakar.”
“Tidak! Saya sudah menyatu dengan orang ini.”
“Benar, tidak mau keluar? Lihat disampingmu. Itu api neraka yang akan membakarmu.”
“Ampun. Ampun. Ampun. Tapi saya mau keluar kslsu dipotongkan kambing.”
Sang Guru mengangkat tangannya. Dia mengepalkan tangannya.
“Lihat ini kambingnya.”
Daeng Dundu menganggukkan kepalanya.
“Sekarang, keluar!”
Makhluk gaib itu pun keluar dari tubuh Daeng Dundu.
Rupanya, selama ini Daeng Dundu bersekutu dengan Iblis karena ingin laris manis dagangannya dan ingin menjadi kaya raya. Tetapi berpuluh-puluh tahun tak pernah merasakan nikmatnya kekayaan, melainkan justru merasakan kecemasan dan kebangkrutan Dia pun ingin merasakan ketenangan dengan zikir, tetapi justru terkapar.

BACA JUGA:  NGOPI DAN BUKU

Makassar, 31 Mei 2023.