Sebuah Sketsa: PERLAWANAN MEONG KARELLA

Suatu hari, Daeng Kebo memutuskan untuk mengamati kucing Karella itu dari jauh. Ia akan memperhatikan tingkah lakunya selama berada di rumah ini dan tidak akan mengusirnya sampai ia pergi. Kucing Karella itu mengais-ngais tempat sampah dengan cakar-cakarnya yang tajam, mencari-cari sesuatu. Kalau menemukan sesuatu yang bisa dimakan, maka dimakanlah, kalau tidak, ia akan menjauh dan pergi.

Selama beberapa waktu, setiap kucing Karella ini datang, Daeng Kebo akan membiarkannya dan selalu mengamatinya. Kucing Karella itu setiap meninggalkan rumah tidak lagi melakukan perbuatan jorok seperti mengencingi tempat tempat tertentu sebelum pergi.

Daeng Kebo mulai berpikir dan kasihan. Mungkin kucing Karella itu kelaparan dan tidak punya tempat lain untuk mencari makan. Keesokan harinya, sebelum kucing Karella itu datang, Daeng Kebo menyiapkan semangkuk nasi dan ikan di pojok dapur basah. Kucing itu datang seperti biasa, namun kali ini ia berhenti sejenak melihat makanan yang disiapkan itu. Dengan hati-hati, kucing Karella itu mendekati mangkuk, mencium bau ikan yang lezat, lalu mulai makan dengan lahap.

BACA JUGA:  Diskusi Buku Puisi Untuk Palestina Digelar, Anak K-Apel Protes, ini Sebabnya

Melihat kucing Karella itu makan, Daeng Kebo membiarkan dan merasa lega. Namun, ia tetap waspada. Setelah selesai makan, kucing Karella itu mengamati sekeliling dapur dan mencari-cari sesuatu. Daeng Kebo mendekatinya perlahan, berharap kucing Karella itu tidak lari.

“Kamu lapar, ya?” kata Daeng Kebo dengan suara lembut. Kucing Karella itu menoleh, dan menatapnya dengan mata beningnya yang tajam. Sejenak, mereka saling memandang. Daeng Kebo merasakan ada sesuatu di balik tatapan kucing Karella itu, seakan-akan kucing itu ingin mengatakan sesuatu.

Hari-hari berikutnya, Daeng Kebo terus memberikan makanan untuk kucing Karella itu. Lama-kelamaan, kucing Karella itu mulai merasa nyaman dan tidak lagi mengencingi pintu rumah atau pintu kulkas. Daeng Kebo memberi nama kucing itu “Si Karella”, sesuai dengan warna bulunya.

Si Karella mulai menunjukkan sisi lembutnya. Ia sering duduk di depan rumah, menunggu Daeng Kebo keluar ketika pintu rumahnya tertutup. Kadang-kadang, ia bahkan menggosokkan tubuhnya ke kaki Daeng Kebo yang putih bersih, menunjukkan rasa terima kasihnya. Daeng Kebo yang awalnya merasa terganggu, kini mulai menyayangi Si Karella. ***

br
br