Disampaikan, dia sempat ragu ketika ditawarkan menjadi kurator. Namun karena sudah disampaikan oleh Rimba secara terbuka di depan para perupa MAIM, saat pameran lukisan Faisal Syarif di Artmosphere Studio, maka amanah itu pun dijalani.
“Saya memang sering ke pameran seni rupa teman-teman MAIM untuk membuat reportase kegiatan mereka,” terang Rusdin Tompo, yang juga dikenal sebagai pegiat Sekolah Ramah Anak.
Mantan Ketua Komisi Penyiaran Indonesia Daerah (KPID) Sulawesi Selatan itu, menyebut bahwa ia tetap seorang penulis. Kalaupun dia menaruh minat untuk menulis kegiatan seni rupa, itu bagian dari kegiatan literasi dan ekosistem seni rupa.
Rusdin Tompo dan AH Rimba sebelumnya pernah berkolaborasi dalam kegiatan yang memadukan seni rupa, sastra dan musik, lewat gelaran “Ngopi Itu Hak Asasi” dan “Ibu, Potret dan Puisi”. Keduanya juga jadi bagian dari kegiatan “Ini Bukan Festival” (IBF) yang merupakan pertunjukan lintas seniman.
Dari segi karya, Rusdin Tompo melihat lukisan-lukisan Rimba menunjukkan sosok dirinya yang berinteraksi dengan banyak kalangan. Rimba menerjemahkan ruang sosial dan ruang kulturalnya lewat ekspresi lukisan-lukisannya.
Pameran bertema “Menerjemah Ruang” dengan sub tema “Budaya Kita Adalah Kita” memperlihatkan perjalanan proses kreatif Rimba sebagai perupa. Selain lebih 20an karya ukuran besar, pengunjung juga bisa melihat lukisan dan drawing dalam ukuran kecil yang dibuat di atas kertas menggunakan pensil.
“Rimba mengalami semacam transformasi dalam berkarya. Dia tak lagi sekadar mengejar keindahan bentuk dan presisi. Dia menikmati melukis sebagai aktivitas spiritual,” kata Rusdin Tompo, sambil menunjuk dua contoh lukisan dimaksud, yakni “Menuju Cahaya” dan “Pertarungan Malam”.
Andi Irfan Syam dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX menyampaikan tema “Menerjemah Ruang” bisa ditarik jauh pada lukisan figuratif sejak zaman prasejarah di gua Leang-Leang, Maros. Dikatakan, dia juga mempelajari aspek ruang dan waktu dalam studi arkeologi.
Andi Irfan Syam mendorong perupa dan seniman mengakses Program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan dari Kemendikbudristek RI. Program ini dimaksudkan untuk mendukung revitalisasi, pemberdayaan, dan peningkatan kualitas pelestarian budaya dalam rangka
AH Rimba merupakan penerima Program Fasilitasi Pemajuan Kebudayaan dari Balai Pelestarian Kebudayaan Wilayah XIX. Pameran seni rupa di Etika Studio, akan berlangsung hingga Jumat, 30 Agustus 2024.
Pada hari kedua pameran, akan ada dialog seni rupa, menghadirkan Jalaluddin Rumi dan Muhlis Lugis sebagai pemantik, dengan moderator Muh Gazali dan Alif Anggara. Ada pula perform dari kawan-kawan musisi yang tergabung dalam Kelompok Penyanyi Jalanan (KPJ) Makassar. (*)














