Perjalanan Kepenyairan Pulo Lasman Simanjuntak Sepanjang Empat Puluh Tiga Tahun

kebaktian sudah genap
bapak menggali kuburan riuh
saudaraku menjala pertempuran
badai gurun
jasad beradat penuh
terbaring angkuh
di atas papan catur

berkembangbiaklah bumi yang labil
turut berenang di dalam lautan tak bertepi
ataukah menelan
bunga-bunga karang

tanyaku waktu itu
mengapa dewan-dewa rajin mabuk
menjaga pintu kematian
sekian waktu dikhianati
jadi suatu dongeng
huruf-huruf lumpuh di lembaran koran

aku kecurian tanah-tanah pijak
sepuluh tahun kubangun
jadi tugu hijau dihatimu
mencair
untuk penyair atau penginjil

Bekasi, Tambun, 1996/1997

PERTEMUAN II

siapa mau bersajak
tiang-tiang beton
salah dihapalkan

penyanyi beriman, itu pikiran pertama
menyergap percakapan
di pintu rumahmu

satu abad kemudian
sepotong ginjal
tak bernilai jual
potret semua perkawinan retak
masih setia bersetubuh
dengan birahi angin

Bekasi, Tambun, 1996/1997

.
PERTEMUAN IV

Mari kita membangun kapal besar di atas gunung batu
suatu pertemuan ribuan jam terbang
sibuk mencuri buah jarum
dari dalam perut laut
kemarin disodorkan
daging adat
sekarang kesetiaan darah anggur
harus dipikul rata.

BACA JUGA:  Bang Maman : Buku Harus Memiliki Google Map

Bekasi, Tambun, 1996/1997

Hujan, Hatiku Gelisah Ingin Turun ke Sawah

Sejak kemarin sudah kulakoni
rumah tangga yang hancur
menyebar firman-Mu melalui media digital
menjadi teladan bersolek di kaca di gereja.

Lalu berbicara dengan suara lantang;
anak-anak di Damaskus Suriah yang kelaparan
anggaran negara defisit Rp 290 triliun
hingga PHK massal bertabrakan dengan kendaraan di jalan.

Pagihari ini
semua jadi berubah total
kulihat air rawa
di tubuhnya ada sawah.

Perahu berlayar
dengan pose seperti seekor macan
menyesal dan harus berdiam
seperti keterasingan diri.

Pamulang, Februari 2016

HARI-HARI BURUK

Hari-hari buruk ialah hari-hari takkala secara membabibuta ekor lusifer melibas mulutnya yang liar sehingga jantungku kian kusut meledakkan suatu amarah jadi berkesinambungan di belakang rumah Tuhan
.O, sungguh puisi ini mau bercerita ketiga kali umat Tuhan disakiti seperti bongkahan batu mau menimpa kepalaku tak sanggup lagi berbicara tentang nasehat Firman Tuhan.

Hari-hari buruk ialah hari-hari takkala seorang rahib berkhotbah dua atau tiga puisi berbalut darah hitam.Menyerang kembali wajahku jadi rusak.Jari-jari tanganku jadi tegang kembali.

BACA JUGA:  PAGAR LANGIT

O, mengapa rumah Tuhan berubah jadi rumah jagal hewan amat menakutkan.Otakku dikuasai roh setan, malaikat-malaikat Tuhan melembutkan hatiku, pecah lagi mengeluarkan nanah yang membusuk.

Pamulang, 2015

TAMAN GETSEMANI

usai upacara komuni
menuju seberang tembok kota yerusalem
garang dan liar
ke sana kubawa rerumputan hijau
bunga-bunga surga.