Perjalanan Kepenyairan Pulo Lasman Simanjuntak Sepanjang Empat Puluh Tiga Tahun

kini tinggal kita yang bertekad
waktu kau hapal keterasinganku
cemas berlumur darah

sebagai layaknya matahari siang
surut di dada
kita pagutkan rindu ini
sebelumnya akhirnya
ia akan membatu

Pantai Kuta, Bali, 1981

DI KOTA BANGLI (40 KILOMETER) SUATU SORE
-sajak duka bagi made anom-

jangan kau paksa aku
untuk bertanya
mengapa terjadi cuaca !

dalam suasana pasrah seperti ini
terminal yang esa
biarkan mengetuk-ngetuk pintu

bagi setiap penjelajah
menanti tergelincuhnya senja
memohon seribu dugaanmu

Bangli, Denpasar, Bali, 1981

SUNGAI MUSI SUATU MALAM BERKABUT

sungai musi suatu malam
tanpa mata
yang berkabut putih-
seperti lelehan lepra.

sungai musi kubawa tidur lelap
dalam sajakku
yang selalu berucap ;
selamat datang penderitaan
selamat datang kesengsaraan

Kota Palembang, Sumsel, 2015

TUBUHKU BERSATU DENGAN SUARA OMBAK LAUT SELAT SUNDA

kami datang
membawa sebungkus dendam
menyusuri pasir
dan injakan karang tegar
sunyiku tak lagi mendaki matahari pagi

sejak dalam perjalanan tadi
sahabatku bercerita
rakyatku menyedot minyak bumi
dua puluh tahun kemudian
kita akan krisis pangan

BACA JUGA:  MERAJUT PESAN MAPPALETE BOLA

di negeri khatulistiwa
dua sahabat karib
tetap menyodorkan wajahnya
untuk dilukis
di muka wajah laut

di atas meja bundar
gelas demi gelas dihidangkan
hiruk pikuk suara ombak laut selat sunda
dingin
mengerikan
kami harus hidup
dengan roh rendah hati

Pantai Florida, Anyer, 2016

RUMAH DOA (pertama)

di atas bantalan batu-batu
dan pasir biru
jadilah sebuah rumah rapuh
ke sana kubangun
mimpi-mimpi luruh
alangkah keruh
nyanyian penyair pilu
keluh kesah masa laluku

RUMAH DOA (kedua)

di atas batu dan pasir biru
kubangun mimpi-mimpi kudus

enam abad butuh waktu
untuk menjenguk Tuhan
di muka pintu

kemana gerangan doa-doa itu
melayang siang dan malam

Pamulang, 2008-2009

DOA PAGI

Seribu hantu menyerbu diriku
saat bertelut
menghadap mezbah Tuhan

dengan kata-kata menghujat
berlumur dosa memerah
yang makin melumpuhkan tubuhku
untuk berucap
doa-doa sambut matahari pagi

Pamulang, 2008-2009

UPAH DOSA

airmata mengalir ke sebuah situ
berlabuh dalam rahang otak
musim kemarau
sudah dua abad maut mau meledak
lewat sekilas berita

BACA JUGA:  "Seorang Teman di Langit" Muncul di Daeng Jakking Parangtambung

o, aku jadi teringat
uang tiga puluh keping perak
untuk si pengkhianat
yang menjual kepalsuan
bagi Tuhan

Pamulang, 2008-2009

SAJAK JUMAT SORE

saat sembahyang
menutup matahari terbenam
kubayangkan tubuhku
tergantung di tiang bukit tengkorak
sementara di luar jendela
hujan deras
makin membuat hatiku gelisah
untuk pulang
menuju ke pembaringan malam

Bekasi, 2005