Pementasan Langen Mataya Bedhaya Gandrungmanis yang Punah, Naufal Anggito Yudhistira Garap Enam Naskah

Bedhayan Gandrungmanis
Pementasan eksperimental reaktualisasi tari "Bedhayan Gandrungmanis" karya Pakubuana VIII bekerjasama dengan penari-penari muda Jakarta dan UKM Karawitan Sekar Widya Makara UI berlangsung di lantai 4 ruang serbaguna Perpustakaan Nasional, Jakarta Pusat, Minggu, 26 Oktober 2025, mulai pukul 13.00 WIB sampai pukul 16.30 WIB.(Foto : Lasman Simanjuntak)

“Proses latihan selama setengah tahun dilakukan dan melewati proses yang sangat panjang. Latihan intensif dilakukan selama tiga bulan menjelang pementasan. Ely D Luthan selaku salah satu penari senior dan salah satu orang yang menguasai Bedhaya-Srimpi turut juga hadir dalam beberapa kali latihan menjelang pementasan. Beliau banyak memberikan masukan tentang koreografi, teknik, dan penghayatan selama proses latihan yang berlangsung,” kata Naufal Anggito Yudhistira yang juga dikenal sebagai Penari dan Penata Tari serta aktif menulis karya sastra Jawa tradisi ini.

“Menurut beliau, Bedhaya mempunyai kesulitan tidak hanya dalam masalah hafalan gerak, durasi, dan stamina, namun juga prihal penghayatan batin penari. Penari senantiasa diajarkan berserah diri pada Tuhan dan berusaha menyatukan energi,” katanya lagi.

Dari segi musikal, penggarapan gendhing juga menjadi suatu hal yang penuh tantangan. Hampir seluruh pemusik dalam pementasan ini berusia antara 18-25 tahun dan bukan berasal dari pengrawit keraton.

“Mempelajari kekayaan garap musik pengiring tari Bedhaya menjadi suatu tantangan tersendiri. Tantangan itu khususnya terkait dengan stamina vokal yang harus terjaga tanpa henti selama sekitar 40 menit. Selain itu penghayatan iringan tari Bedhaya Gandrungmanis yang penuh ketenangan menjadi permasalahan tersendiri,” ucap pria kelahiran Jakarta 9 September 1999 yang merupakan putera dari Wiwik Pratiwi ini.

BACA JUGA:  Menulis Mingguan: Pembredelan Seni

Proses latihan musik turut dibantu oleh Ngatiman selaku salah satu pemusik senior di Jakarta.

Membentuk Suatu Kolaborasi

Pementasan di ruang serbaguna lantai 4 gedung baru Perpustakaan Nasional, Minggu kemarin (26/10/2025) ini juga turut dihadiri Agung Kriswanto selaku wakil pimpinan dari Perpustaakaan Nasional RI, akademisi dari Universitas Indonesia, para penari, pemerhati budaya, dan pegiat literasi.

Pementasan yang didahului dengan sambutan Kepala Perpustakaan Nasional Prof.Dr.H.Endang Aminuddin Azis, MA (diwakili-red) ini menjadi bukti bahwa dunia seni pertunjukan dan dunia literasi dapat membentuk suatu kolaborasi dalam proses kreatif penggalian tari klasik.

Pada kesempatan pertunjukan tersebut Naufal Anggito Yudhistira menyajikan pengantar dan presentasi Bedhaya Gandrungmanis.

Pementasan ini berlangsung dengan sukses, tanpa ada hambatan berarti, dan mendapat apresiasi langsung dari para penonton dan undangan dalam sesi tanya jawab.

Serta bedah karya dari promotor, kok-promotor, dan maestro tari Bedhaya dengan nara sumber Naufal Anggito Yudhistira dikenal sebagai penulis buku ” Serat Panji Pudhak Lelana” dan buku “Suntingan Teks Kakawin Lambang Pralambang” ini.

br
br