MENULIS DENGAN PENA

Oleh Nasrul (Pekerja Buku dan Anggota Satupena Sulsel)

NusantaraInsight, Makassar — Sekiranya masih hidup Edward Bulwer-Lytton pasti tidak menyangka kalau kalimatnya yang ditulis pada 1839 masih digunakan hingga saat ini:

“The pen is mightier than the sword”.

Kalimat ini merupakan salah satu dialog dalam drama lima babak “Richelieu; Or the Conspiracy” yang diucapkan Kardinal Richelieu saat menandatangani perintah yang berhasil menggagalkan rencana para konspirator. Kalimat yang mencerminkan keyakinannya bahwa kekuatan kata-kata dan pemikiran lebih kuat daripada kekerasan fisik.

Mungkin kalimat ini yang juga menginspirasi para pembuat logo organisasi jurnalis yang selalu menghadirkan gambar pena pada logo mereka. Mereka yakin bahwa pena lebih tajam dari pedang.

Edward Bulwer-Lytton (1803-1873) dikenal sebagai seorang novelis, dramawan, dan politisi Inggris pada abad ke-19.

***
Perkembangan penggunaan pena memiliki catatan panjang, mulai dari batang alang-alang sampai seperti yang kita kenal sekarang.

Orang Mesir Kuno menggunakan batang alang-alang yang diruncingkan sebagai alat tulis, dengan tinta yang terbuat dari campuran air dan pigmen alami. Batang alang-alang ini digunakan untuk menulis pada papirus, bahan seperti kertas yang terbuat dari tanaman papirus. Dari kata papirus, kita tahu menjadi muasal kata paper.

BACA JUGA:  2025 Tahun Emas Musik Klasik Indonesia: Komponis Ananda Sukarlan Perkenalkan Empat Musikus Klasik Muda Berbakat

Tulisan hieroglif Mesir Kuno menggunakan batang alang-alang yang runcing untuk menulis di atas papirus. Salah satu teks tertua yang diketahui adalah Prasasti Narmer yang menggambarkan penaklukan dan penyatuan Mesir oleh Firaun Narmer sekitar tahun 3100 SM.

Selanjutnya dibuat pena bulu atau quill pen yang mulai digunakan di Eropa sekitar abad ke-7. Pena ini dibuat dari bulu besar burung, seperti angsa atau kalkun. Ujung bulu dipotong dan diruncingkan, kemudian dicelupkan ke dalam tinta. Manuskrip awal yang menggunakan pena bulu sering kali berisi teks-teks keagamaan. Salah satu manuskrip tertua adalah Codex Amiatinus, sebuah Alkitab Latin dari abad ke-8 yang dibuat di Inggris ditulis dengan pena bulu.

Selanjutnya lahir pena logam. Pena ini memiliki ujung logam yang lebih tahan lama dibandingkan pena bulu. Ujung logam ini biasanya terbuat dari baja, dan sering dipasang pada pegangan kayu atau bahan lainnya.

Pena fountain atau pena berujung mata air dikembangkan pada akhir abad ke-19. Pena ini memiliki reservoir tinta yang memungkinkan tinta mengalir secara terus-menerus ke ujung pena melalui mekanisme kapiler. Pena fountain membuat proses menulis menjadi lebih praktis karena tidak perlu sering mencelupkan pena ke dalam tinta.