Mengeja Ujar Batin Syahriar Tato dalam Episodenya Mengejar Tapak Allah

Mengejar tapak Allah
Syafruddin Muhtamar (Penikmat Sastra, Dosen Universitas Muslim Indonesia)

Maka mengenal ALLAH melalui ‘jalan spritual’ adalah tujuan setiap syariat yang dibebankan kepada mahluk.

Yang umum kita pahami, bahwa ‘Jalan spiritual’ melewati syariat, tariqah, hakikat lalu makrifat. Menurut para ahli, ‘perjalanan’ itu dimuali dengan niat dan/atau himmah yang kuat, apakah berdasar pada cinta, harap atau juga rasa takut.

Melalui ‘jalan’ Cinta, Harap dan Takut
“Episode Mengejar Tapak Allah” membentangkan sebanyak 81 rangkaian bagian puisi. Yang jika berdasarkan ‘teori jalan spiritual’ tersebut, apakah setiap bentangan puisi-puisi ini adalah gambaran jalan cinta, jalan harap atau jalan rasa takut, sang penyair?

Sehingga, judul “Mengejar Tapak Allah’ tergambar pada setiap bagian ‘etape-etape perjalanan’ sebagai suatu usaha estetik dari suatu niat/himmah untuk ‘berlari’ menuju ‘tapak’ Allah.

Kata ‘mengejar’ secara umum diartikan sebagai berlari, memburu atau berusaha dan berkeinginan keras. Maka ‘mengejar dalam judul dapat ditafsirkan sebagai ‘usaha atau keinginan keras untuk mendekat’ kepada Allah melalui ‘tapakNya’.

Kata ‘tapak’ juga multi tafsir menurut leksikonnya: dapat diartikan sebagai bidang tanah; kaki; bisa juga bekas sesuatu yang tertinggal. Maka ‘tapak Allah’ dalam judul dapat dimaknai secara langsung sebagi ‘tanah allah’, ‘kaki allah’ atau ‘bekas yang tertinggal dari Allah’.

BACA JUGA:  Mutiara Anak

Nampaknya maksud sang penyair melalui judul “Mengejar Tapak Allah” dapat dimaknai, sedang berusaha dan berniat dalam kesungguhan yang dalam, untuk mendekat kepada Allah melalui tapakNya. Tafsir ini dapat dikonfirmasi melaui 2 bagian dalam pusisi panjangnya, awal (no 1) dan akhir (81).

Kita mulai dari akhir episode ‘perjalanan sang penyair’ ketika sang penyair menutup puisinya:
Sepasang kaki fanaku yang kerdil//Berlari melintasi ruang dan waktu//dengan tasbih ditangan erat tergenggam//berlari menyusur bentang fanaku//…//mengejar tapakmu Ya Rahman//kebatas kuasa malaikat dan waliullah//kebatas harapan ummatmu yang pilihan. (puisi no. 81)

Setelah sang penyair memulainya dengan pengakuan penghambaan, sebagai mahluk yang tidak berdaya. Dan karenanya tidak menemukan jalan apapun, kecuali memenuhi panggilan untuk datang kepadaNya:
Ya Rabba’Arsy//Aku hanyalah debu sebesar zarra//Yang telah engkau panggil//Dengan isyarat bintang//tidak lain untuk bersujud ke tapakMu. (puisi no. 1)

Untuk mengetahui ‘tapak Allah” yang dimaksudkan penyair dalam judul, dan merupakan batas akhir dari perjalanan spritualnya dalam usaha mendekat kepada Allah, maka ‘tapak Allah’ dapat saja kita maknai sebagai, nama-nama Agung Allah SWT, yang banyak disebutkan sang penyair dalam panjang episode perjalanan batinnya: Ya Allah (rab arsy) (P. No. 1 dan 45); Ya Mutakabbir (Yang Maha Megah, yang memiliki kebesaran) (P. No. 3); Ya Kabir (P. No. 3); ya Rahman (P. No. 6); Ya Gaffar (P. No. 8); ya Rahim (P. No. 9); ya Khalid (P. No. 12); ya Mujib (P. No. 19); Ya Qayyum (P. No. 26); ya Hafiz (P. No. 27); ya Malik (P. No. 28); ya al – Awal (P. No. 30); ya Ragib (P. No. 33 dan 34); ya Attawwab (P. No. 35); ya Muqaddim (P. No. 38).