Heny Suhaeny, Lulus dari Universitas Cobaan Hidup

Heny Suhaeny mengakui, dirinya adalah seorang perempuan yang lulus dari universitas cobaan hidup.

“Allah tidak akan mengubah nasib suatu kaum, jika bukan kaum itu sendiri yang mengubahnya,” kata Heny Suhaeny mengutip firman Allah swt surah Ar-Rad ayat 11 dalam Alquran, kemudian menambahkan, ayat itulah yang dipegang hingga mampu bangkit.

Dia pernah bermimpi dan yakin akan menjadi suatu kenyataan bagi dirinya sendiri. Allah memiliki cara yang luar biasa untuk membalas doa seseorang. Ini merupakan perjalanan panjang yang penuh liku-liku. Penuh perjuangan, airmata, pada saat dia sendiri. Ada pada malam-malam tidak langsung dijawab. Tetapi, satu per satu dijawab-Nya.

“Menulis bukan untuk dikenang, melainkan untuk menitip jejak, sekecil apa pun tetapi berarti,” ujar perempuan yang pernah sebagai menjabat Ketua Bidang Pertanian Apindo dan Presiden Lions Club Makassar Network plus anggota Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) ini.

Buku setebal 197 halaman yang dicetak di atas kertas “Houtvrij Schrijfpapier” (HVS) — bahasa Belanda– berarti ‘kertas bebas serat kayu” (terbuat dari pulp kimia tanpa menggunakan serat kayu), terdiri atas 10 bab plus satu bagian “Kata Mereka tentang Heny Suhaeny”.

BACA JUGA:  Revolusi Esok Pagi

Bab I dengan judul “Bangkit itu” berisi pengalaman hidup penulis yang sangat sarat derita dan luka. Setidaknya terdapat enam kali kata /luka/ tertuang di dalam buku ini.

Dua puluh judul menghiasi bab ini. Pada bab ini, terdapat 7 kata “mimpi” plus 1 kata “impian” yang mendukung judul buku. Mimpi yang publik pahami sebagai ‘bunga-bunga tidur’, ternyata mampu berwujud realitas bagi seorang Heny Suhaeny. Pada bab ini merupakan gambaran derita penulis. Penderitaan itu direpresentasikan oleh diksi :jatuh, luka, airmata, diuji. Namun dia mampu bangkit di tengah ujian dan doa, menemukan cahaya.

Gambaran perjuangan Heny Suhaeny terakumulasi secara dominan dan signifikan pada bab awal ini. Oleh sebab itu, perjalanan kisah hidupnya tersebar pada 20 judul tulisan yang layak disimak.

“Mimpi yang Tidak Dianggap”, ini sebenarnya dijawab oleh apa yang dikemukakan Robert K. Green Leaf, seorang eksekutif bisnis dan konsultan kepemimpinan Amerika, pendiri gerakan kepemimpinan pelayan. Dalam bukunya yang terkenal “Servant Leadeship” konsultan kelahiran 1904 dan meninggal 1990 mengatakan, tidak ada hasil besar tanpa mimpi besar. Kita tidak saja dituntut memiliki mimpi-mimpi, tetapi juga bagaimana mewujudkan mimpi-mimpi tersebut.

BACA JUGA:  KETIKA 180 KREATOR MILENIAL DAN GEN Z, DARI ACEH HINGGA PAPUA, BERSAKSI MELALUI PUISI ESAI

Agaknya, Heny Suhaeny telah mewujudkan kata-kata Green Leaf tersebut.

Bertindak sebagai pemberi komentar buku karya ibu satu anak ini, masing-masing Prof.Dr. H.Muh. Asdar, S.E.,M.Si. CWM (Presiden Profas Institute yang juga Ketua Senat FEB Unhas), Asrul Sani Abu, S.E.,M.M. (Author & Eentrepreneur –PT Tjorauleng Maega Berkah dan Ketua Bidang Hubungan Internasional Apindo Sulsel),