Diskusi Novel Menanti Musim Berganti, Yudhistira: Setelah 13 Tahun Saya Dipertemukan Lagi

NusantaraInsight, Makassar — Dr. Ir. Drs. H. Syahriar Tato, SH, MS, MH, MM seorang mantan birokrat yang juga novelis kembali meluncurkan novel Menanti Musim Berganti, di Kafe Memory RR, Jalan Wijaya Kusuma, Sabtu (7/12/2024).

Novel Menanti Musim Berganti setebal 67 halaman ini, adalah kisah atau cerita yang sudah sangat lama, dan diedit kembali pada tahun 2017 oleh Yudhistira Sukatanya.

Hal ini disampaikan oleh penulis Syahriar Tato ketika menyampaikan sambutan di awal acara.

Ia juga menyampaikan bahwa novel ini sudah ditampilkan di TVRI Makassar dalam bentuk sinetron.

“Ceritanya ini sudah lama sekali, tapi terbit pada tahun 2007,” ungkapnya.

“Mungkin lebih jelasnya, nanti para pembahas yang mengungkapkannya,” singkatnya.

Sebelumnya Presiden Forum Sastra Indonesia Timur (Fosait) Drs. Amir Jaya menyebutkan bahwa Syahriar Tato cukup produktif.

“Cukup banyak buku-buku yang ditulis oleh Prof Syahriar Tato, saya buka-buka rak di rumah, cukup banyak buku beliau,” terangnya

Ketua Ikatan Penulis Muslim Indonesia ini juga mengusulkan agar penulis yang produktif berkarya harus diberikan penghargaan, oleh IPMI atau Fosait.

BACA JUGA:  50 Tahun Tokio Marine Indonesia, 11 Seniman Individu Berkebutuhan Khusus Persembahkan Karya Mural Kolaboratif

“Nanti kita atur, selepas ini dan bagaimana kita mencarikan sponsor terkait itu,” tambahnya.

“Semoga Bapak Prof Syahriar Tato diberi kesehatan untuk terus berkarya,” tutupnya.

Usai penulis memberikan buku kepada para pembahas dan tokoh sastrawan seperti Yudhistira Sukatanya, Anil Hukma, Ram Prapanca dan Asmin Amin, dilanjutkan diskusi buku yang dipandu oleh Andi Rosnawati.

Pada sesi diskusi novel, Yudhistira Sukatanya mengawali dengan kalimat yang perlu digarisbawahi, “setelah 13 tahun, saya dipertemukan dengan novel ini.”

“Apakah novel itu penting didiskusikan,” tanya Yudhistira seraya melanjutkan,”ini yang bisa jawab Pak Andi Mahrus.”

Ia juga menyampaikan, bahwa ia dengan sengaja membuat snapshot-snapshot agar setiap plot-plot cerita dapat ditangkap oleh pendengar.

Yudhistira kemudian menceritakan snapshot-snapshot cerita dari setiap halaman buku novel. Ia juga sedikit menceritakan tentang rencana mantan Wali Kota Makassar Patompo yang berencana membuat kanal-kanal di Kota Makassar dapat dilalui rakit seperti di Venesia Italia.

“Terakhir saya simpulkan bahwa novel ini layak baca, namun yang terutama bahwa novel ini terkait kesadaran kita untuk lebih memperhatikan sesama manusia dan juga lingkungan kita,” pungkasnya.

BACA JUGA:  Teater Modern Membutuhkan Kemampuan Seni Akting yang Prima

Sementara itu, pembahas kedua Anil Hukma (Akademisi/Sastrawan) ia menyinggung tentang sosok Syahriar Tato yang merupakan seorang birokrat yang juga sastrawan.