Tak lupa, dukungan kru seperti Susan Damayanti, Lalu Farid, Syahrul Rozi, dan Akbar menjadi bukti bahwa teater adalah seni kolaboratif—sebuah kerja sunyi yang menyatukan banyak tangan, kepala, dan hati.
Dari Panggung ke Kesadaran Sosial
Pementasan Dende Tamari bukan sekadar pertunjukan, tetapi perenungan kolektif tentang bagaimana masyarakat kita memandang perempuan, kekuasaan, dan keadilan. Ia mengingatkan bahwa tragedi terbesar bukanlah kematian seorang tokoh, melainkan kelalaian kita membaca ulang nilai-nilai kemanusiaan.
Di tangan BAM, teater kembali menjadi ruang diskursus sosial. Melalui lakon yang diangkat dari teks klasik dunia dan ditanam di tanah lokal, mereka membuktikan bahwa tradisi teater masih memiliki daya hidup luar biasa.
Dari Antigone menuju Dende Tamari, dari Yunani ke Lombok, dari mitos ke kenyataan—perjalanan itu menandai upaya terus-menerus mencari kebenaran dalam seni, dan kebenaran dalam hidup.
#Akuair-Ampenan, 26-10-2025


br






br






