Tradisi Makan Patita, Menjaga Torang Samua Basodara

Makan patita
Tradisi Makan Patita atau makan bersama (Fanga Tana Wanuh) Desa Salagur Air, Kecamatan Siritaun Wida Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku

NusantaraInsight, Maluku — Tradisi Makan Patita atau makan bersama (Fanga Tana Wanuh) Desa Salagur Air, Kecamatan Siritaun Wida Timur, Kabupaten Seram Bagian Timur Provinsi Maluku menjadi salah satu kekayaan daerah, adat budaya dan kearifan lokal.

Dimana momen lebaran 7 hari yang biasa dikembangkan oleh masyarakat bahwa puasa Syawal 7 hari akan terus dilaksanakan tradisi makan patita (fanga tanah wanu) ini dilakukan untuk menjaga keistimewaan, hubungan hidup orang bersaudara (Torang Samua Basodara) dan hidup Filidan fikakali agar tidak punah dimakan oleh waktu dan usia. Momen yang sangat dinantikan sebagai hari merapatkan dan memperkuat hubungan antar sesama.

Sebagai generasi penerus kampung maka tentunya harus menjaga nilai-nilai kearifan lokal yang hari ini sudah mulai tak terlihat dipermukaan bumi para raja-raja di seram terkhususnya di desa Salagur Air masih terus menjaga dan melestarikan kekayaan budaya atau tradisi tersebut.

Hal inilah yang menjadikan masyarakat menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusian dan kebrsamaan hidup basudara.

Kegiatan Makan patita (Fanga Tanah Wanu) yang di lakukan oleh masyarakat Salagor Air, merupakan satu tradisi kebudayaan dan keagamaan, dilakukan setiap tahun setelah terhitung 1 syawal yang puncak kegiatannya pada tanggal 7 syawal.

BACA JUGA:  Fajrin Raih Medali Perunggu di Kejuaraan Nasional Pencak Silat

Kegiatan ini bertujuan untuk mempererat tali silaturahmi antar sesama di negeri baik tua mudah kecil besar dan semua lapisan masyarakat yang ada di negeri.

Kegiatan ini sudah menjadi kegiatan tahunan yang paling berperan penting kegiatan ini adalah pemerintah Desa, Pemuda, pelajar, dan semua masyarakat.

Secara umum, saat acara Makan Patita berlangsung, anda akan disuguhkan dengan berbagai jenis makanan tradisional khas masyarakat di Maluku. Di antaranya ada kasbi (singkong), pisang rebus, sagu, kohu kohu (urap), ikan bakar, ikan goreng, colo colo, ikan kuah, papeda, sayur-sayuran dan masih banyak lagi jenis makanan tradisional lainnya.

Hal ini disampaikan Kepala Desa Salagur Air Rudi Rumoma, SE kepada media ini, Minggu (6/4/2025).

Ia berharap agar pengembangan budaya dari tradisi atau kegiatan makan patita (FANGA TANAH WANU) ini adalah untuk membangun sinergitas, ukhuwa kebersamaan, persaudaraan antar sesama masyarakat di negeri para leluhur.

“Hal ini kemudian menjadi suatu keistimewaan dan kekayaan sumber daya alam,” singkatnya.

Sementara itu tokoh pemuda Desa Salagur Air Yusuf Kilwarani dalam sambutan menyebutkan bahwa “marilah katong menjaga adat istiadat ini supaya menjadi ciri khas katong di kampung. Tradisi ini harus dilestarikan disetiap dimensi kehidupan sehari-hari, tidak lupa juga marilah katong galang persaudaraan, kebersamaan, agar dalam hidup tidak ada perpecahan antar sesame baik saudara maupun keluarga dan bahkan dengan kampung-kampung tetangga, ada hal yang harus katong jaga dengan baik. Mungkin melalui momen ini yang belum baku bae bisa baku bae biar hidup terus bermanfaat bagi orang lain.”