NusantaraInsight, Makassar — Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Dr Hamdan Juhannis, Ph.D membuka Sidang Promosi Doktor Muhammad Muzani Zulmaisar, S.SI M.Pd, program studi Doktor Dirasah Islamiyah Pascasarjana UIN Alauddin, Selasa 18 Februari 2025 di Kampus UIN Alauddin Makassar, Samata Gowa.
Saat memberi sambutan pada pembukaan Prof Hamdan mengaku sangat bangga dan bahagia karena pada hari ini telah menguji ibu dan anak dalam promosi doktor.
Muzani Zulmaisar adalah anak pertama dari pasangan, alm. Dr. H. Kamaruddin Tone, M.M. dan Dr. Hj. Chuduriah Sahabuddin, M.Si.
Sedangkan ibu Muzani, Dr Chuduriah juga jadi dosen penguji promosi doktor di Program Pascasarjana UNM tahun Senin 24 Juli 2017.
Prof Hamdan pada kesempatan itu untuk mencairkan suasana promosi dengan mempertanyakan kepada Muzani, kapan terakhir dimarahi oleh ibunya serta pertama kali ketemu dengan calon isterinya dimana dan gunakan pakaian baju apa.
Muzani berhasil mempertahankan disertasi yang ditulis dengan judul, Pemikiran Tasawuf Abdu Al-Wahab Al-Sya’rani dalam Kitab Tanbih Al-Mugtarrin (Relevansi dan Urgensinya di Era Digital).
Pada ujian Promosi Doktor ini dipimpin oleh Rektor UIN Alauddin Makassar, Prof Dr. H.Hamdan Juhannis ,MA, Ph.D.
Kemudian pimpinan sidang ujian promosi ini dilanjutkan Direktur PPs UIN Alauddin Makassar, Dr H Abustani Ilyas, MA.
Pada penulisan disertasi Muzani dibimbing Promotor, Prof Dr H. Muhammad Amri LC.M.Ag.Kopromotor, Prof Dr H Andi Aderus Lc.MA dan Prof Dr H Barsihan Nor, M.Ag.Penguji: Prof Muhammad Saleh Tajuddin, MA, Ph.D; Dr H Nurman Said, MA, Prof Dr Muhaemin Latif, M.Ed.
Penguji Eksternal D HM Zuhri Abu Nawas, Lc, MA, sehari hari adalah dosen tetap di IAIN Alauddin Palopo.
Muzani dinyatakan lulus sangat memuaskan dengan nilai IPK 3.99 dan merupakan doktor ke-1311 UIN Alauddin Makassar.
Simpulan dari disertasi Muzani yakni: pertama, pemikiran tasawuf Imam al-Sya’räni berfokus pada tasawuf akhlaki yang menekankan pembinaan moral berdasarkan Al-Qur’an dan Al-Sunnah, mengintegrasikan dimensi batiniah (tasawuf) dan lahiriah (fikih) tanpa penggunaan terminologi filsafat yang kompleks.
Kedua, Model pemikiran tasawuf Imam al-Sya’räni dalam kitab ini ialah penyajian akhlak-akhlak dengan menghadirkan teladan nyata dari generasi saleh untuk mengimplementasikan nilai akhlak secara konkret dan menyeimbangkan ibadah ritual serta kewajiban sosial.
Ketiga, relevansi dan urgensi pemikiran tasawuf Imam al-Sya’ráni di era digital terletak pada kemampuannya membangun karakter, literasi digital, keseimbangan kehidupan online-offline, serta menciptakan komunitas positif berbasis nilai spiritual yang etis dan konstruktif.