Pemikiran BUNG HATTA tentang Al-Quran Dibicarakan di Ma’REFAT INSTITUTE

Bung Hatta
Pemikiran BUNG HATTA tentang Al-Quran Dibicarakan di Ma'REFAT INSTITUTE

“Dalam penilaian saya, Bung Hatta merupakan sosok sufi yang revolusioner,” demikian pernyataan Muttaqin mengambil alih sesinya. Hal ini dapat dilihat dari proses perjalanan dan peran-peran jerih payah Bung Hatta untuk menjadi bagian dari kemerdekaan Republik Indonesia, dengan tetap berpegang teguh pada nilai-nilai ajaran Islam.

Muttaqin mengungkapkan, tidak ada satupun tokoh bangsa yang punya kemampuan menulis seperti Bung Hatta, itu karena kemampuan membacanya dan ketinggian keilmuannya. Dalam pidatonya pada kegiatan Nuzul Al-Quran yang sedang dibahas dalam diskusi ini, Muttaqin mencatat setidaknya terdapat 18 surah yang diungkapkan oleh Bung Hatta beserta dengan penjelasannya yang sarat dengan dimensi kehidupan sosial.

Menanggapi hal tersebut, Zulkifli memberikan pandangannya, “Yang kuat dan mesti dicontoh dari Bung Hatta, bukan hanya kenyataan bahwa ia adalah seorang pembaca, melainkan juga adalah ia merupakan orang yang cakap dalam melakukan penghayatan.” Apa pun yang dibaca oleh Bung Hatta, entah itu buku ataupun ayat-ayat Al-Quran tak pernah selesai sebagai bacaan semata, namun beliau menghayati bacan-bacaan tersebut, mendekatkannya dengan kehidupan yang ia jalani.

BACA JUGA:  Ketua Dr Umi Farida SE, M.Si: STIMAR Mega Buana Kampus Baru di Mamuju Kelola Tiga Prodi

Masih dalam tanggapan Zulkifli, ada uangkapan Bung Hatta dalam buku ini yang berkenaan dengan fakir miskin dan anak terlantar. Bung Hatta menulis, “Tetapi apa yang kita lihat di sekitar kita, di mana-mana terdapat orang-orang gelandangan, anak-anak terlantar, orang meminta-minta sepanjang jalan. Tidakkah kita merasa berdosa kepada Allah dengan membiarkan mereka hidup terlantar dalam negara kita yang mau melaksanakan sosialisme berdasarkan Pancasila? Orang-orang gelandangan dan meminta-minta itu, kebanyakan datang dari tempat lain yang harus dipandang sebagai musafir dalam perjalanan, yang menurut Al-Quran wajib diberi bantuan supaya jangan terlantar.”

“Negara kita Republik Indonesia berdasarkan Pancasila, dan sila kelima adalah bentuk keadilan sosial, tujuan dari keadilan sosial ini ialah supaya rakyat terlepas dari kemiskinan hidup,” Ungkap Zulkifli menutup sesinya.

Muttaqin melanjutkan, pemikiran tersebutlah yang mendasari Bung Hatta menuliskan Pasal 34 UUD 1945, “Fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh Negara.” Ini adalah hasil penghayatan yang dilakukan Bung Hatta atas pemahamannya tentang ayat-ayat Al Quran, sosialisme Islam dan kehidupan sosial yang ia cermati.

BACA JUGA:  Buku Karya Siswa SMAN 8 Bone Tuai Apresiasi dari Berbagai Pihak

Menurut Muttaqin, Bung Hatta tidak cukup hanya dipandang sebagai seorang ekonom, karena beliau merupakan “sosok orang Indonesia” yang kita inginkan, yang seharusnya cita-cita bangsa ini menuju untuk membentuk masyarakat Indonesia seperti sosok Bung Hatta. Sebagaimana yang dikatakan oleh Dr. Sukidi, Bung Hatta dalam perspektif Ibnu Arabi adalah Insan Kamil. “Karena memang tulisan, ucapan dan perbuatan Bung Hatta itu selaras, dalam artian apa yang ditulis Bung Hatta itulah dirinya dan yang dilakukannya,” ungkap Muttaqin menutup sesinya.