NusantaraInsight, Makassar — Program acara Elong Pugi telah mengudara setiap Senin-Jumat pada jam 08.50 WITA, di Radio Venus 97,6 FM mulai November 2023 dengan pengisi materi siaran adalah Wakil Rektor I Unismuh Makassar, Prof Dr H Andi Sukri Syamsuri, A.MD, S.Pd M.Hum.
Pappaseng Ri Elong Pugi adalah warisan sarat makna dan nilai nilai kebijaksanaan yang diturunkan dari generasi ke generasi.
Nilai tersebut tidak hanya relevan membangun harmoni sosial tetapi juga berperan penting dalam menghadapi tantangan globalisasi, modernisasi dan perubahan sosial.
Program Elong Pugi yang telah disiarkan di Radio Venus 97,6 FM ini pada anugrah insan penyiaran, KPID Sulsel Award ke-19 tahun 2024 meraih pemenang kategori Feature Terbaik Radio.
Setelah sukses menyebarluaskan pappaseng yang merupakan sastra klasik manusia Bugis ini lewat suara di Radio Venus FM, maka pengisi acara di radio itu, Prof Andhies mencoba untuk lebih jauh menjangkau khalayak dengan melakukan transformasi ke media audio visual dengan menyiarkan secara berseri di stasiun TVRI Sulsel.
Prosesi produksi siaran televisi Pappaseng Ri Elong Pugi edisi perdana dilakukan pengambilan gambar di studio TVRI Sulsel, Sabtu 31 Mei 2025 dengan menampilkan nara sumber, inisiator program Prof Andhies dengan penanggap tiga profesor yang mengkaji bahasa dan budaya manusia Bugis.
Ketiga penanggap itu adalah dosen Prof DR. H. Muhammad Rafi Tang, MS, serta dua dosen dari Unismuh Makassar, Prof Dr Dra.Munirah, M.Pd dan Prof Dr Abdul Rahman Rahim, M.Hum.
Saat pengambilan gambar tampak hadir di studio di TVRI Sulsel, Rektor Unismuh Makassar, Dr. Dr. Ir. H. Abd. Rakhim Nanda, S.T., M.T., IPU,
Pappaseng adalah kearifan lokal manusia Bugis dan merupakan salah satu bentuk pemertahanan dan bentuk pelestarian ekspresi budaya cendekiawan dan memberi pesan kepada generasi selanjutnya di masa depan.
Pappaseng dan elong pugi saling melengkapi dengan kosa kata yang indah dan patut dijadikan referensi dan rujukan dalam kehidupan sehari-hari.
Prof Andhies pada pengambilan gambar siaran edisi perdana itu mengutip pappaseng ri elong pugi yang berbunyi; duami riala sappo, unganna panasae nabelona kanukue (hanya dua dijadikan pagar (perisai), bunga nangka dan hiasan kuku.
Bunga nangka dan hiasan kuku mengandung makna simbolik Bunga nangka disebut lempu dan kalau ditulis dalam aksara lontarak maka dibaca lempu’ yang yang berarti jujur dan lurus. Sebaliknya pacci (hiasan kuku), kalau dibaca paccing dalam bahasa bugis berarti bersih dan suci.
Sehinga dalam masyarakat Bugis nilai utama kejujuran dan kesuciaan harus senantiasa di junjung tinggi. Paccing berarti kesucian hari (ati macinnong).