LK.Ara, Maestro Seni Sastra Gayo ‘Suara Dari Anak Gunung’ 

LK.Ara
Teks Foto : LK.Ara, Maestro Seni Sastra Gayo dalam usia 88 tahun tetap menulis.Kali ini meluncurkan buku antologi puisinya berjudul "Didong dan Tari Guel dari Gayo Aceh" di PDS.HB.Jassin, TIM, Jakarta, Kamis sore (24/7/2025).(Foto : Lasman Simanjuntak)

Nara sumber diskusi-mewakili generasi milenial-Miko Pegayon (29 thn) adalah seorang anak muda praktisi Didong di Jakarta.

“Saya bangga dan terharu bisa hadir pada acara yang banyak dihadiri para tokoh seniman besar, budayawan, penyair dan sastrawan nasional.Saya memang bercita-cita kelak satu saat syair dan tarian tradisi Didong dari dataran tinggi gayo bisa masuk dalam kurikulum pendidikan eskul di sekolah-sekolah,” pinta Miko yang sehari-harinya buka usaha cafe kopi produk tanah Gayo ini di kawasan Cipayung TMII, Jakarta Timur.

Nyalakan Api Nyaris Padam

Dalam kata sambutan peluncuran buku “Didong dan Tari Guel dari Gayo Aceh” setebal 396 halaman dengan penerbit Yayasan Mata Air Jernih , cetakan pertama Juli 2025, sang penulis LK.Ara mengatakan bahwa buku ini ditulisnya bukan hanya untuk.mengenang, tetapi untuk menyalakan kembali api yang nyaris padam.

“Di dalamnya, pembaca akan menjumpai sejarah, tafsir budaya, dan potret para maestro yang telah membaktikan hidupnya untuk menjaga suara dan gerak dari tanah tinggi Gayo,” katanya.

BACA JUGA:  Dr H Gunawan Bata Ilyas: STIE AMKOP Gercap Lakukan Inovasi Menata Kelola Perguruan Tinggi

Istimewanya buku ini juga hadir sebagai bagian dari perjalanan para maestro Didong dan Tari Guel yang tampil di panggung nasional.pada acara Pangggung Para Maestro di Museum Nasional Jakarta pada tanggal 11-12 Juli 2025.

“Sebuah momentum langka ketika suara kampung Gayo menggema di jantung ibukota menjadi saksi bahwa tradisi bukanlah beban, melainkan kemuliaan.Saya mempersembahkan buku ini untuk anak-anak.muda yang bertanya tentang akar, untuk para penari dan penyair yang ingin menyelusuri jejak , serta untuk siapa saja yang percaya bahwa seni tradisi bukan warisan uang, melainkan kompas untuk pulang.Semoga buku ini menjadi pengantar yang jernih untuk memahami bahwa kebudayaan bukan hanya apa yang kita warisi, tetapi apa yang kita pertahankan, dan terus hidupkan,” ujarnya.

LK.Ara lahir di Takengon Aceh 12 November 1937.Pernah menjadi Redaktur Budaya Harian Mimbar Umum (Medan), Pegawai Sekretariat Negara, dan terakhir bekerja di Balai Pustaka hingga pensiun (1963-1985).Ia memperkenalkan penyair tradisional Gayo To’et, mentas di kota-kota besar di Indonesia.Pada tahun 2019, LK.Ara yang karyanya telah ditrrbitkan dalam 63 buku-pada tahun 1969 menerbitkan buku antologi puisi yang pertama-pada tahun 2019 ia memperoleh Anugerah Kebudayaan Maestro Seni Tradisi Didong Gayo dari pemerintah RI.

BACA JUGA:  Prof Dr Andis Pada Seminar Internasional Tegaskan Manfaat Penting Digitalisasi Naskah Kuno Bugis

Prof.Dr.Wildan, M.Pd (Rektor ISBI Aceh) pada kesempatan tersebut mengatakan bahwa LK.Ara telah menjahit kembali serpihan-serpihan sejarah, makna, dan nilai , menjadi satu karya utuh yang akan berguna bagi generasi muda , para seniman, dan akademisi.