Keajaiban dan Peristiwa Gaib “I Tuo & Condong”

Kelahirannya pada subuh menjelang fajar, saat mentari mulai tampak di ufuk timur, merekah laksana senyum. Dalam epik La Gaiigo, kelahiran seorang berbarengan dengan matahari sang fajar mulai menyingsing disebut “detta mammula cabbeng”, matahari yang mulai muncul di timur memancarkan cahayanya. Pada saat dini seperti ini, dikisahkan para keturunan dewa-dewi berkumpul di beranda ‘sao raja’ – istana untuk bermusyawarah dan bersenda gurau. Kehadiran NR pada situasi seperti itu menyimbolkan alam menyambutnya, tak ubahnya “detta mammula cabbeng” – pemberi cahaya kehidupan pada orang sekitarnya.

Pada bagian ini kita dapat menyimak bagaimana seorang NR memperlihatkan keberanian dan daya kritisnya. Pernah sekali waktu, kakaknya Mubarak pulang sekolah berdarah setelah dikeroyok oleh teman-temannya. Saat ayah salah seorang dari pengeroyok itu mengetahui bahwa ‘korban’ adalah anak Gurutta, ia datang meminta maaf kepada ayah NR.

“Kalau berani, satu lawan satu, di tanah lapang, dasar pecundang, beraninya keroyok orang,” dengan berkacak pinggang, NR maju dan mengalamatkan ucapannya kepada ayah salah seorang pengeroyok yang bertandang ke rumahnya.

BACA JUGA:  HUT Desa Kampung Beru Takalar, Politeknik Sandi Karsa Tebar Manfaat Lewat PKM

Sang Ayahnya pun memberi kode kepada istrinya dan spontan si buah hatinya ditarik masuk.

Judul pertama tulisan ini (Keajaiban Masa Kecilku) terinspirasi dari musibah yang menimpa NR ketika kecil. Saat dia bermain di sungai, tiba-tiba banjir bergulung-gulung datang dan menghanyutkan dirinya, meskipun teman-temannya berusaha memegangnya. NR yang lepas dari pegangan temannya pun hanyut terbawa banjir. Beruntung, di hilir sungai, seorang nelayan berhasil melihat kemudian menyelamatkannya. Dalam sekejap, air yang sudah penuh di perutnya pun tertumpah keluar saat sang nelayan yang baik itu membalik badannya dengan kepala di bawah.

Seusai terbawa banjir, NR mengalami sakit. Berhari-hari dia demam tinggi. Ya, usai tenggelam di banjir dan mengalami koma. Dampaknya, rambutnya berguguran, nyaris habis. Yang tersisa, satu-satunya, meranggas, Bagai bulu landak. Akibat perubahan fisiknya itu, teman-teman memanggil NR dengan ‘si Condong’ , si rambut jarang.

Pada tulisan lain, “Menjadi Penulis Cilik” menggambarkan awal proses kreatif NR yang berlanjut hingga kini. Trik dan praktik Andi Rosdianah memberi tugas kepada NR menulis pengalaman saat bermain, merupakan model pembelajaran menulis yang baik dan jitu terhadap anak-anak usia dini. Poin penting pengalaman NR ini sangat layak ditiru dan dipraktikkan kepada anak didik pada usia dini, pada saat mereka sedang dalam proses menerima apa yang datang dari luar dirinya.

br
br