Doktor Jumraini Jadi Sorotan Utama Pertemuan Asosiasi Neurologi ASEAN di Bali

NusantaraInsight, Makassar — Dr. dr. Hj. Jumraini Tammasse, Sp.S., Subsp, N.R.E. (K) menjadi salah satu sorotan utama di sesi Workshop Neurorestoration – Neurorehabilitation 16th Biennial Convention of the ASEAN Neurological Association (ASNA) yang memadukan atmosfer keilmuan dan semangat kolaborasi di Bali,Sunset Road Convention Centre (BSCC) 5 s.d.11 Agustus 2025.

Di tengah semilir angin Pulau Dewata, ibu dua anak yang akrab disapa dr.Jum ini tampil memukau membawakan makalah berjudul “TDCS Based Neurorestoration: Non-Invasive Approach for Brain Recovery in Neurological Disorders.

Pertemuan ini menjadi wadah bagi para neurolog se-Asia Tenggara bertukar riset terbaru, khususnya di bidang Neurorestoration dan Neurorehabilitation

Ketua Departemen Neurologi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin, Makassar yang juga Ketua Neurorestorasi-Neuroengineering PERDOSNI ini memaparkan potensi Transcranial Direct Current Stimulation (TDCS) sebagai teknologi neuromodulasi yang aman dan efektif.

“TDCS bekerja dengan memberikan arus listrik lemah secara konstan melalui elektroda di kulit kepala. Arus ini mengubah eksitabilitas neuron dan mempercepat pemulihan jaringan saraf,” jelas dr. Jum.

BACA JUGA:  SD Inpres Banta-Bantaeng 1 Launching Program Penguatan Hak Partisipasi Anak

Menurutnya, metode ini sangat relevan untuk pemulihan pascastroke maupun cedera otak traumatik, tanpa risiko tinggi seperti prosedur invasive,” papar dr.Jum.

Materi yang dibawakan dr. Jum tak hanya berdasar kajian ilmiah terkini, tetapi juga pengalaman klinisnya di berbagai rumah sakit pendidikan di Makassar.

Termasuk, pengamatan langsung pada pasien di klinik pribadinya, Inggit Medical Centre (IMC), BTP Makassar Timur. Ia menegaskan, TDCS tak hanya mengoptimalkan fungsi motorik, tetapi juga berpotensi memperbaiki memori dan atensi pada pasien dengan gangguan neurologis kronis. Melalui klinik IMC yang dikelolanya, pasien yang ditangani dr.Jum dominan yang menderita stroke dan saraf.

Sesi tanya jawab berlangsung hangat. Neurolog dari Filipina, Malaysia, hingga Thailand melontarkan pertanyaan seputar parameter stimulan, protokol terapi gabungan, hingga keamanan jangka panjang.

“Personalisasi terapi adalah kunci keberhasilan TDCS,” tangkis dr.Jum yang menegaskan kehadirannya di forum internasional ini menegaskan kontribusi Indonesia dalam kemajuan ilmu neurologi kawasan.

Moderator pun menutup sesi dengan apresiasi, menyebut inovasi berbasis TDCS sebagai gambaran masa depan neurologi: pemulihan yang manusiawi, efektif, dan berbasis bukti.

BACA JUGA:  Pendidikan Karakter dan Moderasi Beragama Jadi Tema Peringatan Maulid Nabi Muhammad SAW di SDN Borong Makassar

Dokter Jum yang sudah malang melintang dalam berbagai pertemuan ilmiah nasional maupun internasional itu, belum lama ini menerbitkan buku yang sangat fenomenal berjudul “Penanganan Spastik Pada Stroke” yang diterbitkan Pas Media Yogyakarta. (mda).