Video Profil Tradisi Pinisi: Dari Edukasi ke Promosi Budaya dan Pariwisata

Apa yang dilakukan penulis tak sekadar merupakan pembelajaran dan pendokumentasian tradisi pembuatan Pinisi, tapi juga bentuk edukasi, literasi, dan promosi pariwisata daerah.

Sebagai Generasi Z, yang lahir dan tumbuh di era digital (native digital) sangat penting dilibatkan dalam berbagai bentuk strategi promosi pariwisata yang sekaligus sebagai statagei pemajuan kebudayaan.

Pemajuan kebudayaan merupakan upaya memajukan setiap unsur dalam ekosistem kebudayaan, baik yang tradisional maupun yang kontemporer. Upaya ini dilakukan melalui pelindungan, pengembangan, pemanfaatan, dan pembinaan kebudayaan. Tujuan utamanya, yakni meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia bagi dunia.

Pembuatan video profil tradisi Pinisi ini merupakan cara pelestarian dan pewarisan yang dilakukan oleh anak-anak muda dengan interpretasi dan narasi yang memikat dan estetik.

Kehadiran anak-anak muda sebagai mahasiswa, dan dari kampus ini, menunjukkan ketertarikan dan kepedulian mereka dalam merawat dan mempertahankan tradisi pembuatan kapal Pinisi, sebagai sebuah maha karya. Ini juga menunjukkan sinergitas, kolaborasi, dan peran serta dunia akademik dalam pemajuan dan promosi pariwisata dan kebudayaan Nusantara.

BACA JUGA:  Urban Farming: Gerakan Kesadaran

Sinergitas dan kolaborasi sangat diperlukan dari berbagai pemangku kepentingan, termasuk kampus dan perguruan tinggi, karena itu semua merupakan investasi.

Dalam pendekatan pentahelix, kampus dan perguruan tinggi (unsur akademisi) merupakan salah satu elemen kunci. Pendekatan pentahelix merupakan konsep kolaborasi yang melibatkan lima elemen utama dalam masyarakat, yakni pemerintah, akademisi, dunia usaha, komunitas, dan media.

Pendekatan, yang sudah dikuatkan melalui Peraturan Menteri Pariwisata Nomor 14 Tahun 2016 ini, bertujuan untuk mencapai tujuan bersama melalui sinergitas dan pertukaran pengetahuan serta sumber daya antara kelima elemen tersebut. (*)

br
br