Tulisan “Jika Saya Wali Kota Makassar” Bisa Mewujud Nyata

Kontributor buku “MasaDPan Makassar, Dinamika Demokrasi dan Pemerintahan”, antara lain TR Andi Lolo, M Qasim Mathar, Aswar Hasan, Firdaus Muhammad, Andi Haris, Andi Januar Jaury, Hasrullah, Muliyadi Hamid, Abdul Gaffar, Aspiannor Masrie, Barsihannor, Ostaf Al Mustafa, Sri Rahmi, Ghufran H Kordi K, Waspada Santing, Kamaruddin Azis, Mubha Kahar Muang, Philips Tandilinting, Rahmad M Arsyad, Saharuddin Daming, dan Moch Hasymi Ibrahim. Sebagian besar dari penulis ini hadir saat peluncuran buku.

Buku yang diterbitkan oleh Badan Arsip, Perpustakaan, dan Pengolahan Data Kota Makassar itu, kian punya cerita karena mempertemukan saya sebagai editor dengan banyak orang. Salah seorang di antaranya adalah Prof Dr Heather Sutherland dari Faculty of Social Studies Vrije Universiteit Amsterdam, Belanda.

Dalam postingan di Instagram saya, Rusdin Tompo, tertanggal 15 Agustus 2020, dengan judul BUKU SEBAGAI MEDIUM, saya berkisah tentang buku “MasaDPan Makassar, Dinamika Demokrasi dan Pemerintahan”, yang saya serahkan kepada Prof Dr Heather Sutherland.

Ketika bertemu di Kafe Baca, tahun 2015, Prof. Sutherland memperkenalkan diri sebagai peneliti Makassar. Sudah lebih 50 tahun beliau mengkaji Makassar. Pertemuan hari itu juga dalam rangka melengkapi penelitiannya terkait Makassar di era modern.

BACA JUGA:  Rusdin Tompo : Kita ini Mau Dikenang Sebagai Siapa ?

Prof. Sutherland sangat ingin mendapatkan buku kumpulan tulisan yang saya sunting, setelah membaca berita di Tribun Timur tentang peluncuran buku itu. Melalui seorang koleganya di Unhas yang mengontak saya, kami kemudian janji bertemu.

Tentu dengan senang hati saya memberikan buku setebal 268 halaman tersebut. Buku itu merekam dinamika pilkada Makassar 2014 dan 100 hari masa pemerintahan DIA, sebutan untuk pasangan Moh Ramdhan Pomanto dan Syamsu Rizal (Walikota dan Wakil Walikota Makassar, periode 2014-2019).

Dalam postingan menjelang Pilkada Makassar 2020 itu, saya katakan bahwa buku bersampul merah itu mengingatkan saya pada sosok peneliti yang tekun tersebut.

Demikian halnya, saat kita memasuki tahapan Pilkada serentak di tahun 2024 ini. Lagi-lagi artikel dan buku itu mengingatkan saya pada sosok peneliti yang mendedikasikan tenaga, pemikiran dan waktunya bagi Makassar selama lebih dari lima dekade tersebut.

Namun, apakah para kandidat Wali Kota Makassar saat ini mengenalnya, atau pernah membaca tulisan-tulisannya sebagai pembelajaran yang akan diolah bagi kemajuan Makassar?

BACA JUGA:  Nature vs Nurture: Apa yang membentuk siapa kita ?

Sejarah akan mencatat, meski janji politik sering tersapu angin begitu selesai diucapkan. Dan buku-buku akan mendokumentasikannya dengan rapi, meskipun pemimpin berganti. ***