Trump vs Harvard dan Peluang Indonesia Sebagai Simpul Baru Peradaban Akademik

Harvard
Sri Gusty (Akademisi dan Penulis)

Tanpa upaya serius untuk mengatasi hambatan-hambatan ini, daya saing pendidikan Indonesia dalam menarik mahasiswa internasional akan sulit berkembang secara optimal. Padahal Indonesia memiliki 3.277 universitas, yang menempatkan kita sebagai negara dengan jumlah universitas terbanyak kedua di dunia. Posisi Indonesia ini di bawah India tapi di atas Amerika.

Pemerintah, melalui kementerian terkait, perlu mengambil langkah afirmatif dengan menyusun regulasi yang akan mendorong perguruan tinggi untuk membuka jalur khusus bagi mahasiswa asing, memperluas program beasiswa internasional, serta mempercepat proses akreditasi program studi agar memenuhi standar global.

Selain itu, universitas juga perlu memperkuat kapasitas internasionalisasi, salah satunya dengan meningkatkan literasi global dosen dan tenaga kependidikan.
Kerja sama akademik lintas negara, baik dalam bentuk pertukaran mahasiswa maupun kolaborasi riset, juga harus menjadi prioritas agar ekosistem pendidikan tinggi Indonesia semakin relevan dengan kebutuhan dunia.

Ketika Harvard dan bisa jadi kampus-kampus Ivy League lainnya mulai dibatasi oleh tekanan politik, Indonesia sesungguhnya dapat merebut kesempatan ini. Kita perlu menegaskan sebagai negara demokrasi yang terbuka, berkomitmen pada kemajuan ilmu pengetahuan, dan menjunjung tinggi nilai inklusivitas.
Belajar dari Universitas Harvard, tampak bahwa pendidikan bukan semata alat meraih gelar, tetapi jembatan membangun kerja sama global.

BACA JUGA:  CATATAN SHOLAT KHUSYUK

Dan Indonesia, dengan posisinya sebagai negara terbesar di Asia Tenggara, bisa menjadi simpul baru peradaban akademik regional. Kebijakan diskriminatif seperti yang dilakukan pemerintah AS tidak hanya merugikan mahasiswa asing, tetapi juga berpotensi mencederai semangat kolaborasi riset dan diplomasi antarbangsa.

Oleh karena itu, saat satu pintu ditutup dengan keras di belahan dunia Barat, Indonesia harus membukakan jendela baru. Sebuah jendela yang menawarkan tidak hanya ruang belajar, tetapi juga ruang tumbuh, ruang hidup, dan ruang kolaborasi global atas nama kemanusiaan dan peradaban.