TRAMBESI DI MAKASSAR ANTARA KEINDAHAN DAN RESIKO

Oleh Aslam Katutu

NusantaraInsight, Makassar — Saya Teringat di tahun 2007 silam bersama Almarhum Andi Onny Tenri Gappa dan Ceo Bosowa, Erwin Aksa mencadangkan program menanam Pohon Trambesi di Ruas jalan Tol Makassar.

Beliau dikenal sebagai Bapak Trambesi Indonesia penerima penghargaan dari Presiden SBY.

Dalam dialognya bersama saya, beliau menjelaskan kelebihan Pohon Trambesi sebagai penghasil Oksigen terbanyak dan sangat minim menghasilkan sampah pohon.

Lalu saya sampaikan kekuatiran saya jika akarnya bisa merusak jalan tol dan mudah patah/tumbang jika diterpa angin kencang? Beliau menjawab kalau soal itu diperlukan trik khusus dalam pemeliharaannya seperti yang dilakukan di Kota Singapura dan berharap kota Makassar bakal menjadi hijau seperti Singapura.

Belakangan ini, di Kota Makassar banyak dijumpai pohon trambesi tumbang atau patah rantingnya sehingga menimpa pengendara. Dan tulisan ini saya buat begitu mendapat kabar pohon trambesi besar tumbang di Jalan Leimena Makassar menimpa pengendara.

Di banyak kota tropis, pohon trambesi berdiri sebagai raksasa hijau yang anggun. Tajuknya menaungi jalan, batangnya menopang ekosistem kecil, dan daunnya menutup perlahan setiap kali hujan turun. Namun di balik keelokannya, trambesi menyimpan cerita lain—cerita tentang kekuatan, kerentanan, dan tanggung jawab manusia dalam merawatnya. Musim hujan selalu menjadi momen terbaik untuk menyoal kembali kehadiran pohon yang megah ini, terutama ketika kita membandingkan bagaimana Singapura dan Makassar menghadapinya.

BACA JUGA:  Dr. Abdi, Dari Jazirah Tenggara Sulawesi untuk PGRI Sulsel

Kelebihan Trambesi: Payung Kehidupan di Tengah Kota

Trambesi adalah salah satu pohon peneduh terbaik di dunia. Tajuknya bisa membentang selebar lapangan kecil, menciptakan lorong sejuk di tengah terik tropis. Di siang hari ketika matahari seperti membakar aspal, trambesi menawarkan pelarian—sebuah dunia teduh, seolah waktu diperlambat di bawah naungannya.

Kemampuan ekologisnya pun luar biasa. Satu pohon dewasa mampu menyerap puluhan ton karbon dalam setahun. Di tengah polusi kendaraan dan udara yang semakin padat, trambesi menjadi penghalang alam yang bekerja diam-diam. Ia menahan debu, menjaga kelembapan, dan menjadi rumah bagi berbagai burung.

Ketika hujan turun, daun trambesi menutup, seperti sedang menunduk pada langit. Ini adalah keistimewaan biologis yang jarang dimiliki pohon lain—sebuah mekanisme alamiah untuk melindungi diri dari derasnya air hujan. Namun di balik keanggunan ini, juga tersimpan sejumlah risiko.

Kekurangan Trambesi: Beban yang Muncul di Musim Hujan

br