Di setiap lantai terdapat kanvas yang bertuliskan “Kutiupkan nafasku dan emosi ke dalam lukisan yang dibantu oleh Artificial Intelligence – Pameran 182 Lukisan Denny JA + AI”, foto setengah badan sang pemilik nama, empat contoh lukisan AI dalam ukuran kecil, serta informasi tema lukisan pada setiap lantai.
Beberapa lukisan sudah pernah saya lihat di Galeri Cemara saat acara Penghargaan Satupena Awards 2022 kepada penyair Eka Budianta (kategori fiksi) dan Guru Besar UIN Syarif Hidayatullah, Musdah Mulia (kategori nonfiksi), pada Desember 2022. Satupena adalah perhimpunan penulis nasional yang berdiri pada 2017 dengan ketua umum pertama Nasir Tamara (2017-2021), dilanjutkan oleh Denny JA (2021-2026).
Namun koleksi lukisan AI yang ditampilkan di Mahakam24 Residence jauh lebih melimpah. Rentang waktu 1,5 tahun (Desember 2022 – Juni 2024) rupanya dimanfaatkan Denny JA dengan menggarap lukisan-lukisan baru yang lebih variatif dan eksploratif.
Malam harinya, saya kembali mendapatkan kesempatan tur visual. Kali ini dipandu Direktur Operasional Fadiel Muhdi Bahar, membuat saya lebih terhubung dengan lukisan-lukisan yang ditampilkan meski saya masih belum membuat catatan khusus selain membiarkan sepasang mata menikmati komposisi yang tersaji dan benak merekam kesan secara acak. Ada dua alasan mengapa saya melakukan itu.
Pertama, dalam konteks sebagai tamu hotel, saya perlu ‘ _me time_’, waktu mandiri, untuk berinteraksi lebih dekat dengan seluruh lukisan. Memperhatikan lebih seksama semua gurat, torehan, sapuan, dan elemen visual yang terhampar di atas kanvas, sembari menyelami sedalam mungkin setiap pesan komunikasi visual yang disampaikan.
Kedua, saya masih ingin sebuah eksperimen yang lebih luas. Maka usai bertemu Fadiel, saya keluar hotel untuk mencicipi gultik, telur gulung, dan es doger, di keramaian pecinta kuliner Jalan Mahakam dalam dekapan sepoi angin malam. Saya mengundang empat orang Gen Z yang aktif dalam dunia seni kreatif.
Mereka adalah Lolaa Adiya (pendiri-pemilik PH Creative Eunoia, sutradara film pendek), Mir Dupin/Gatya Ranu (Mir Dupin nama panggung sebagai musisi indie yang memproduksi single “Waterfallian” di Spotify, sedangkan Gatya Ranu nama asli dan identitas sebagai TikToker), Adithya Pram (mantan Ketua Senat Mahasiswa Fakultas Film dan Televisi Institut Kesenian Jakarta), dan Aurora Zaslin (asisten sutradara Hanung Bramantyo untuk film _Tuhan, Izinkan Aku Berdosa_ yang sedang tayang di bioskop). Keempatnya berusia 22-23 tahun, generasi _digital native (born-digital)_ yang piawai berselancar dalam dunia virtual.