Sinergi Urban Farming & Rumah Pangan Kita (RPK)

5. Implementasi Strategis
• Kolaborasi Pemerintah, Swasta, dan Akademisi: Dinas Pertanian dan Perikanan Makassar (DP2) memfasilitasi pelatihan teknologi pertanian modern, sementara sektor swasta berkontribusi melalui CSR untuk pembangunan infrastruktur pertanian perkotaan. Akademisi mendukung penelitian teknologi seperti irigasi otomatis dan pemupukan presisi.
• Digitalisasi Proses Distribusi: Aplikasi RPK BULOG dikembangkan untuk menerima pesanan daring, mengelola stok, dan melacak rantai pasok, sekaligus menyediakan informasi gizi dan harga.
• Workshop dan Edukasi Publik: KWT dan komunitas tani kota menyelenggarakan pelatihan membuat salad box organik, mengajarkan pengelolaan maggot, dan mendemonstrasikan vertical garden mini.

6. Tantangan dan Solusi
1. Skala Produksi Terbatas (Urban Farming): Solusi: Pusat pengolahan komunitas dan kemitraan dengan UMKM untuk menggabungkan hasil panen.
2. Fluktuasi Permintaan Pasar (RPK): Solusi: Analitik data penjualan untuk memprediksi permintaan dan menyesuaikan pasokan.
3. Kurangnya Kesadaran Publik: Solusi: Kampanye gizi, lomba kebun kota, dan promosi gaya hidup hijau di media sosial.
4. Pendanaan: Solusi: Crowdfunding, CSR, dan skema kredit mikro pertanian kota.

BACA JUGA:  KEBIASAAN MEMBACA.

7. Sasaran Dampak 2030
• Ketahanan Pangan Rumah Tangga: 70% keluarga perkotaan mampu memenuhi minimal 20% kebutuhan sayurannya sendiri.
• Stabilitas Harga Pangan Nasional: Fluktuasi harga pangan pokok dapat ditekan hingga <5% meskipun terjadi gangguan global.
• Peningkatan Pendapatan Lokal: UMKM dan kelompok tani kota mengalami peningkatan omzet hingga 30–40% melalui kemitraan RPK.
• Lingkungan Lebih Hijau: Pengurangan 25% volume sampah organik perkotaan dan peningkatan ruang hijau publik melalui kebun komunitas.

Urban farming dan RPK BULOG adalah dua program yang berbeda tetapi saling melengkapi. Urban farming menjawab tantangan produksi pangan di tingkat mikro—memberdayakan keluarga, sekolah, dan komunitas—sementara RPK BULOG memastikan pangan pokok dan produk segar tersebut sampai ke masyarakat luas dengan harga stabil. Sinergi ini menciptakan ekosistem pangan berkelanjutan yang mendukung ketahanan pangan nasional, mendorong pertumbuhan ekonomi lokal, dan memperkuat solidaritas sosial. Dengan target ambisius 2030 dan dukungan semua pihak—pemerintah, swasta, komunitas, dan akademisi—Indonesia dapat mencapai kedaulatan pangan yang tangguh dan inklusif.