Sepertinya ada Lagi Maksud Terselubung

Sepertinya ada Lagi Maksud Terselubung
Dari kiri ke kanan: Rahman Rumaday, Rusdi Embas, Dahlan Abubakar dan Arwan D Awing

Di satu sisi, saya merasa rasa malu itu tidak berdasar. Memang, antara saya dan Ardhy M Basir, perbedaan usia kami sangatlah jauh antara bumi dan langit. Saya diundang karena mungkin kami sering bertemu di Kafe Baca. Namun, rasanya selalu ada jarak yang tak terungkapkan. Pak Ardhy sudah menapaki perjalanan yang jauh dalam dunia media, sementara saya wartawan bukan apalagi menjadi wartawan pedoman rakyat.

Saya akhirnya memutuskan untuk hadir memenuhi undangan tersebut, setelah mendapatkan penguatan dari Pak Ardhy. Momen yang dinanti-nanti itu adalah perayaan hari jadi Pedoman Rakyat yang ke-78 tahun, yang berlangsung di Warkop Virendy Telkomas dirangkaikan dengan acara buka puasa bersama. Begitu saya tiba, suasana yang ada begitu penuh dengan kehangatan dan rasa kebersamaan. Semua orang tampak mengenakan seragam dengan angka “78” yang besar di bagian depan, sebuah simbol yang mewakili usia panjang dan perjalanan panjang yang telah dilalui oleh Pedoman Rakyat. Angka tersebut bukan hanya angka biasa, tetapi menjadi simbol dari dedikasi dan perjuangan Pedoman Rakyat yang terus beradaptasi dengan zaman. Di bawah angka itu, tertulis nama Pedoman Rakyat dengan huruf-huruf yang sengaja dirancang menyerupai logo media tersebut, seolah memberi penghormatan pada sejarah dan perjalanan yang telah dilalui.

BACA JUGA:  BUDAYA MEMBACA, MEMBACA BUDAYA: MENGEJA ZAMAN?

Saya memilih duduk di kursi paling belakang, merasa sedikit asing di tengah kerumunan yang sudah lama menjadi bagian dari perjalanan Pedoman Rakyat. Namun, meskipun saya duduk di bagian belakang, saya merasa seperti bagian dari perjalanan itu, latar belakang yang berbeda-beda, dari yang lebih senior hingga yang lebih muda, semua hadir untuk merayakan sebuah perjalanan panjang yang penuh makna.

Pedoman Rakyat, yang kini berusia lebih dari tujuh dekade, telah melalui berbagai peristiwa besar dalam sejarah bangsa. Seperti halnya kehidupan manusia yang pasti mengalami pasang surut, begitu juga mungkin pedoman rakyat, yang telah mengalami banyak perubahan beradaptasi dengan zaman. Pada usia yang kini menginjak 78 tahun, Pedoman Rakyat bisa diibaratkan sebagai seseorang yang telah memasuki fase puncak pemahaman dan kebijaksanaan dalam hidup. Seperti manusia yang telah memahami arti hidup, kini Pedoman Rakyat memahami lebih dalam tentang misi dan visinya dalam melayani masyarakat, beradaptasi dengan teknologi baru, serta menghadapi tantangan zaman.

Namun, meski begitu matang dan penuh pengalaman, usia tetap menjadi batas yang tak bisa dihindari. Seperti manusia yang harus memaknai tiap detik yang masih tersisa, saya yakin Pedoman Rakyat pun pasti sedang memikirkan langkah-langkahnya di masa depan. Apa yang bisa dilakukan untuk tetap relevan? Bagaimana caranya untuk terus menjaga api semangat dalam menyampaikan informasi yang tepat dan berguna bagi masyarakat? Inilah yang mungkin juga menjadi pertanyaan dalam hati setiap insan yang telah melewati usia matang, memikirkan tentang legacy yang akan ditinggalkan.