Selain Kompleks Makam Raja-Raja Tallo, Ada Banyak Wisata Sejarah di Kecamatan Tallo

Kompleks makam raja-raja Tallo
Kompleks makam raja-raja Tallo

Selama ini, gambaran tentang makam kalangan bangsawan di wilayah utara Kota Makassar –di benak saya– hanya terkait dengan Kompleks Makam Raja-Raja Tallo. Luas areal makam pada bagian dalam pagar, yakni 7.535,7 meter persegi. Di komplek makam ini, terdapat 96 makam, terdiri dari 5 makam berukuran besar, 55 makam berukuran sedang, dan 36 makam berukuran kecil.

Makam-makam di sini mewakili bentuk-bentuk makam pada Abad XVII hingga Abad XVIII. Berdasarkan bentuknya, makam di sini memiliki beberapa tipe, antara lain tipe Kubang (susun-timbun). Yakni, tipe makam yang terbuat dari susunan balok batu berbentuk persegi, berundak 3 dan 4.

Sore itu, saya bertemu Aco, lelaki kelahiran 1974, yang mengaku membantu bapaknya membersihkan kompleks makam. Bapaknya, Daeng Samadong, juga biasa membaca doa kalau ada yang datang untuk ziarah kubur. Makam yang paling sering diziarahi, kata Aco, adalah makam Sultan Mudafar (Imanginyarrang Daeng Makkio), yang merupakan Raja Tallo VII, memerintah pada tahun 1598-1640.

Dalam Komplek Makam Raja-Raja Tallo ini terdapat dua baruga, yang tampak tidak terawat baik. Anak-anak dan remaja memanfaatkan halamannya yang luas untuk tempat bermain layang-layang.

BACA JUGA:  Obituari Machmoed Sallie (1): Berhenti PNS, Jadi Wartawan

Sebelum meninggalkan kompleks makam, saya menuju papan informasi yang mencantumkan nama-nama raja dan kerabatnya yang dimakamkan di sini. Nama-nama itu juga bisa ditelusuri di platform digital.

Namun bukan itu yang membuat saya tergelitik. Pikiran saya terus terbawa pada sisa-sisa Benteng Tallo yang kini hanya tinggal nama. Saya khawatir, jangan sampai sejarah di sini telah terkubur oleh waktu, dan kemudian terlupakan secara mengenaskan. Semoga tidak. (*)