Menurutnya ketika melakukan investigasi, ternyata sejumlah pemilik tanah ketika diberi uang muka sebagai panjar, disuruh tandatangani kwitansi kosong, dan dijanji akan dibayar lunas. Namun sampai tanahnya ditimbun dan dipagari pelunasan tak pernah terjadi.
Hasil konfirmasi ke pejabat berwenang, mengaku sudah dilunasi.
Ceritanya, sebelum diberitakan, para pemilik pasang selembar triplek bertuliskan Tanah milik Rakyat belum dibebaskan” yang diikat di pagar, tepat di pinggir jalan utama yang biasa dilewati wali kota (alm Kolonel Abustam). Hingga ketika mau pulang ke Sudiang, wali kota singgah dan marah.
Sekejap saja, ‘papan bicara’ itu diamankan Hansip Kelurahan.
Semua kejadian itu dibadikan oleh kamera telelens jarak jauh Andi Pasamangi.
“Yang membuat salah seorang oknum marah, karena cek sogokannya Rp.1,5 juta ketika saya konfirmasi, saya lapor ke Laksus Kodam”, kenangnya.
“Kau simpan saja itu cek dan jangan belanjakan. Kalau kau tidak beritakan, kau juga saya tangkap”, tutur Om saya di Laksus sembari menyuruh anak buahnya fotokopi.
Ketika berita naik cetak pejabat itu mati mendadak mungkin karena ketakutan. Menurut info, katanya, akibat serangan jantung.
Seminggu kemudian, Andy, panggilan akrabnya di”kerjai” sejumlah preman saat ngopi di perempatan Jalan Sumba dan Irian.
Untung katanya, latihan beladirinya mengajarkan agar selalu waspada. Termasuk, memilih tempat duduk di sudut saat sendiri sebagai perisai serangan dari belakang dan samping.
Ada pengeroyok babak belur dihantam pakai kursi kayu (Bangko2, ciri khas kursi dulu di warkop). Ada juga dilempari gelas dan toples gula.
“Saat saya mengejar seorang penikam yang saya elakkan dengan membalikkan meja, satu di antaranya menikam saya dari belakang. Syukur hanya tergores karena saya lari cepat mengejar pelaku ke Pusat Pertokoan Pasar Sentral,” kisahnya
“Dengan sedikit merasa perih akibat goresan badik, saya lanjut melapor ke Polsek Wajo dengan menyerahkan baju yang sobek sobek” tambah Andi Pasamangi Wawo yang mengaku masa itu, dia Pelatih beladiri silat kuntauw dan pemegang sabuk coklat di Yudo Yuyitsu Karate (YYK) Bharata Yudha ‘milik’ alm. Albert Robert Samar (sekarang Inkado) di bawah bendera FORKI.
“Saya kakak letting Wasit Nasional Karate Ki Yani Mahdi,” ucapnya meyakinkan.
Besoknya, koran harian Pedoman Rakyat dan Tegas memberitakan kejadian itu, hingga, katanya, Dantabes Makassar, alm. Kolonel Polisi Andi Abd Rahman perintah anggota Team Khusus Anti Bandit (TEKAB) segera mencari dan menangkap pelaku.
Tak ada sepekan, seorang pelaku yang menikam ditangkap. Menurut info, dia seorang pembunuh bayaran dari Surabaya tapi berasal dari kota Makassar.