NusantaraInsight, Bulukumba — Sore melayarkan pertemuan tentang rupa. Melahirkan pertemuan antar ide dengan praktik. Sehari bersama rupa adalah jawaban dari kegelisahan pemuda Desa Bontonyeleng.
Sebenarnya bukan hanya pada persoalan rupa. Di tengah laju modernitas kebisingan menyeret diadakannya sehari bersama rupa. Adalah menjadi pancingan pada teman-teman, bahwa di sela kegiatan Ngopi (Ngobrol Pikiran) kita perlu implementasikan gagasan-gagasan itu sebagai ruang belajar bersama.
Muh. Alif Dermawan selaku ketua umum SSB Batugarumbing memiliki harapan besar pada kegiatan ini. Semoga bisa berjalan tanpa melihat siapa saya dan kamu, tetapi siapa kita. Mari kita belajar tanpa melihat angka dan usia. Organisasi seperti sanggar harus terus update dan jadi kesan yang menarik di tengah masyarakat. Kuncinya hanya satu, jangan ambil hak orang lain. Selaras dengan tujuan SSB Batugarumbing, yaitu kita ada karena karya.
Sehari Bersama Rupa Menyambut Idul Adha 1446 H terlaksana di sekretariat SSB Batugarumbing Jl. Poros Desa Bontonyeleng, Dusun Topaleo. Pun, hal ini menjadi program perdana yang terlaksana setelah terlaksananya MUBES pada bulan lalu. Terhitung setelah pengukuhan pengurus periode 2025 – 2026.
Kegiatan ini dihadiri masyarakat SSB Batugarumbing sendiri. Adapun pembicara pada kegiatan adalah sahabat kami dari seni rupa Unismuh Makassar: Kakanda Al Hidayat. Kak Dayat (sapaan yang sering kami gunakan saat bersua dengannya) menuturkan banyak hal tentang sejarah dan gerakan seni rupa hingga masa kini. Mengajak kami untuk menelusuri estetika seni rupa.
Memberi kami suguhan pengetahuan baru yang tak pernah kami temui sebelumnya, sehingga kami dapat menyerap oksigen baru tentang rupa. Rupa bukan hanya warna dan coretan kuas. Tapi, rupa adalah kita. Rupa itu kehidupan. Dengan begitu, tidak ada manusia di dunia ini yang keluar dari garis seni rupa. Itulah mengapa rupa dikatakan sebagai proyek kehidupan, lanjutnya dengan wajah penuh pemaknaan tegas.
Adapun tema yang disepakati pada obrolan ini, yaitu Bicara Seni dan Pengaruh (AI) Dilingkaran Rupa. Tema ini mengacu pada peralihan peradaban seni rupa. Berbicara seni berarti bicara ekspresi, tutur Rifal selaku ketua divisi rupa SSB Batugarumbing. Sebagaimana rupa adalah karya yang bisa di rasakan dan dilihat melalui pemaknaan tersendiri. Seni rupa juga mengacu pada emosional personal, lanjutnya.
Melihat pengaruh seni rupa di lingkungan masyarakat sangat diperlukan. Kenapa? Karena dengan hadirnya rupa di tengah masyarakat berarti ada kehidupan yang lebih berwarna. Menurut Aedil Faizin selaku moderator kegiatan ini, bahwa kit mesti menyoroti rupa sebagai pokok seni. Masyarakat tentu bisa mengilustrasikan apa yang terpikir, tetapi belum sempat di visualkan. Sehingga peran rupa sangat dibutuhkan untuk menarik kuas kehidupan masyarakat.