Saatnya Orang Membaca Tulisanku

Setiba di tempat tujuan mengantar berkas, kuserahkan pada si penerima berkas. Tidak lupa kufoto sebagai dokumentasi buat Kak Rahman. Aku langsung meluncur kembali ke Cafe Baca.

Au memesan kopi susu buat aktivitasku selama di Cafe Baca. Kupilih tempat yang berbeda dari kak Rahman. Kebetulan ada tiga remaja cewek sedang asyik ngobrol. Terbersit ide, “Gimana kalau gabung sama mereka?”

Kucoba beranikan diri menyapa tuk bergabung. Gayung bersambut. Rupanya mereka dengan senyum ramah mempersilahkan ku tuk bergabung. Sebagai orang tak ku kenal, tentu aku hanya duduk diam. Yah mungkin aku tak pandai untuk memulai obrolan.

Aku menoleh ke arah belakang, ternyata ada Pak Rusdin Tompo. Beliau sering kulihat di kegiatan K-Apel.

Beliau menyapa, “Anggotanya kak Rahman?”

Dengan senyum ramah kujawab, “Ya Pak.”

Beliau lalu mempersilahkan aku tuk bergabung. Awalnya percakapan hanya seputar kegiatan sehari-hari. Sampai pada satu percakapan yang membuat aku cukup antusias, “Bercerita melalui tulisan”.

Apalagi akhir-akhir ini aku suka membaca novel. Jadi percakapan seputar “Penulis” membuatku cukup tertarik. Namun karena azan berkumandang dari masjid and hari ini Jumat, maka ceritanya kami pending untuk sementara tuk menunaikan sholat Jumat.

BACA JUGA:  Tradisi Open House, Tante.. Ziarah dan Patah Kunci

Pak Rusdin Tompo adalah penulis dan penyair Sulawesi Selatan. Beliau juga pembicara, pengajar dan juga Host Beranda Pak RT di RRI Pro1 94,4 FM Makassar yang disiarkan sejak tahun 2015. Pada tahun 2017 namanya diabadikan dalam buku Apa & Siapa Penyair Indonesia oleh Yayasan Hari Puisi.

Pak Rusdin Tompo aktif sebagai pegiat literasi di beberapa komunitas dan turut andil dalam pembentukan Komunitas Puisi Makassar dan Perkumpulan Penulis Indonesia SATUPENA Provinsi Sulawesi Selatan.

Kembali ke ceriaku, selepas sholat kami melanjutkan obrolan yang sempat tertunda. Pak Rusdin memperlihatkan beberapa tulisan dari penulis pemula padaku. Salah satu di antara penulis itu adalah anak SD,. Sungguh luar biasa. Tidak lupa kami tukaran nomor kontak untuk komunikasi lebih lanjut. Beliau memberi tips sederhana bagaimana memulai tulisan. Beliau memotivasiku untuk menulis. Hasil tulisanku, katanya, nanti bisa langsung dikirim ke beliau.

Beliau lalu memberi instruksi, silahkan dibaca sebagai referensi, jika kamu masih ragu tuk memulainya. Sebagai penutup cerita, beliau mengingatkanku bahwa “Kau tidak butuh ribuan teori dan ratusan motivasi. Cukup yakin dan memulai untuk menulis. Sudah saatnya orang lain dapat membaca tulisanmu.”

BACA JUGA:  Makassar, 9 November 1607-2023

Beliau lalu pamit pergi.

Hening. Aku masih duduk diam di tempat yang sama. Pikiranku terasa kosong. Entah perasaan apa. Aku tak mengerti. Semua percakapan dengan Pak Rusdin membuatku terdiam tanpa suara.