Prof Aswanto, Pemilukada Sulawesi Selatan, dan “Komit Damai”

Azis Paturungi (tengah) Rusdin Tompo (kiri) dan Fadli Andi Nasif (kanan) bicara Pemilukada
Azis Paturungi (tengah) Rusdin Tompo (kiri) dan Fadli Andi Nasif (kanan) bicara Pemilukada

“Seminar Pemilukada Damai” ini merupakan kerjasama Komit Damai dengan Polda Sulawesi Selatan.  Pinisi Ballroom yang bisa menampung ribuan orang, hari itu terisi penuh. Peserta begitu antusias. Sepertinya, mereka semua mau bicara dan mengajukan pertanyaan. Selain Kapolda Sulawesi Selatan, sebagai pembicara, narasumber lain juga sangat kompeten dan punya otoritas sebagai penyelenggara Pemilu. Mereka adalah Dekan Fakultas Hukum Unhas, Prof. Aswanto, Ketua KPU Sulsel, Dr Jayadi Nas, Ketua Panwaslu Sulsel, Supriyanto, SH, perwakilan Komit Damai, dalam hal ini Irwan Muin, SH. MH.

Saya cukup memahami psikologi orang-orang yang hadir di seminar, apalagi dengan narasumber yang memiliki kewenangan tertentu. Menurut pengalaman saya, ada banyak alasan seseorang mengajukan pertanyaan dan berbicara di forum-forum seperti ini. Bisa karena mau aktualisasi diri atau juga menyampaikan uneg-unegnya. Jadi, sebagai moderator saya cukup demokratis memberikan ruang bagi peserta untuk menumpahkan apa yang mau mereka sampaikan. Dalam amatan saya, mereka tidak selalu butuh jawaban yang harus dijawab segera tapi lebih bahwa mereka mau didengar. Dengan berbekal pemetaan peserta seperti itu, alhamdulillah, saya bisa memandu acara dengan lancar.

BACA JUGA:  Di Balik Peluncuran Edisi Revisi Buku “A.Amiruddin Nakhoda dari Timur” (9): Di Masjidil Aqsa Kami Memelukmu dengan Takzim…

Sesuai agenda kegiatan Seminar dan Deklarasi Pemilukada Damai, diselenggarakan Gedung PWI Sulsel, pada Kamis, 3 Januari 2013. Kegiatan Komit Damai ini merupakan kerja sama dengan Polda Sulawesi Selatan. Kapolda, saat itu, diwakili oleh Wakapolda Sulawesi Selatan, Brigjen Pol Dr Syahrul Mamma. Selain anggota koalisi, ada sejumlah tokoh hadir, antara lain budayawan, Ishak Ngeljaratan, tokoh Tionghoa, Yonggris Lao, Ketua PWI Sulsel, Zulkifli Gani Ottoh, Dr Firdaus Muhammad (akademisi UIN Alauddin) dan perwakilan KPU Sulsel. Acara deklarasi yang mendapat pulikasi luas media massa tersebut, diisi dengan orasi kebudayaan, pembacaan puisi, teaterikal, dan penandatanganan Deklarasi Pemilukada Damai. Penandatanganan pada exbanner itu, diawali oleh Brigjen Pol. Syahrul Mamma mewakili aparat penegak hukum, yang diikuti oleh tokoh-tokoh dan perwakilan lembaga.

Komit Damai juga membuat 4 (empat) poin pernyataan sikap. Pertama, menyerukan kepada penyelenggara Pemilu (KPU dan Panwaslu) serta pasangan calon dan Tim Sukses agar senantiasa mengedepankan penyelenggaraan Pemilukada Gubernur Sulsel dengan menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan dan etika berdemokrasi. Kedua, mendorong dan mendukung kinerja maksimal penyelenggara Pemilukada (KPU dan Panwaslu) serta menyerukan kepada penyelenggara Pemilu dalam semua tingkatan, agar senantiasa mengedepankan independensi dan netralitas dalam proses penyelenggaran Pemilukada Gubernur Sulawesi Selatan. Ketiga, menyerukan kepada penyelenggara Pemilu (KPU dan Panwaslu) serta pasangan calon dan Tim Sukses agar senantiasa memberikan pendidikan politik yang baik, santun dan cerdas kepada seluruh komponen masyarakat. Keempat, agar semua komponen masyarakat berkomitmen dengan segala kebanggaan sebagai masyarakat Sulawesi Selatan untuk menjaga perdamaian, saling menghormati serta menghindari konflik dalam prosesi penyelenggaran Pemilukada Gubernur Sulsel.