Dia bukan saja sebagai penata pertunjukkan di Makassar, bahkan ketika seniman-seniman Makassar menggekar pertunjukan di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta, dia juga yang tangani.
Kadir Ansari ini biasa mengerjakan poster filmnya di DKM, yang saat itu masih di Gedung Societeit de Harmonie.
Kadir Ansari melukis poster film tidak menggunakan kuas tapi spoit dico. Dia menggunakan kompresor yang anginnya disetel agar tidak terlalu kencang. Iwan Azis menyebut karya rekannya itu sebagai reklame film. Ditambahkan bahwa membuat reklame film memang merupakan kepintaran dan keahlian Kadir Ansari sebagai pelukis poster film yang hebat. Dia membuat letternya dengan huruf-huruf terpisah, lalu disambung, sesuai kebutuhan. Misalnya, tulisan LAKEKOMAE.
“Boleh dicek, sayalah yang mengawali pembuatan poster dalam ukuran besar untuk pertunjukan teater di Makassar,” kata Iwan Azis melanjutkan ceritanya.
Saat itu, jelas Iwan Azis, inspirasinya dari poster film. Jadi beliau mengadopsi model promosi film yang memampangkan poster ukuran besar, pada pertunjukan teater. Beliau mengklaim sebagai orang pertama di Makassar yang bikin poster besar saat pertunjukan teater di Gedung Societeit de Harmonie, Jalan Riburane.
“Boleh tanya, Goenawan Monoharto. Saya gunakan foto style untuk pengerjaan poster ini,” lanjutnya.
Kebetulan, katanya, beliau dipercayakan oleh Aspar Paturusi, sebagai penulis cerita, untuk menjadi produser pertunjukan teater “Perahu Nuh 2”. Mungkin karena posternya punya daya tarik, sehingga penonton pertunjukan ini membeludak. Belum lagi ceritanya memang bagus. Hanya saja, saat bersamaan, ada kegiatan di Jakarta, yakni Kongres PARFI, sehingga beliau tidak bisa mengikuti kegiatan pertunjukannya secara penuh.
Belum pernah, kata beliau, ada pertunjukan teater yang bertahan selama seminggu. Baru kali itu terjadi di Makassar. Para penonton membeli tiket pertunjukan, yang dinilai sebagai sebuah prestasi. Karena orang menonton teater dengan cara membeli tiket bukan atas undangan. Diakui bahwa ceritanya memang sangat layak jual, punya sisi komersial yang bagus.
“Orang-orang yang tertarik menonton, tentu akan membayangkan seperti apa itu perahunya Nabi Nuh. Orang sudah punya imajinasi tersendiri, yang membuat mereka penasaran.” bebernya.
Belakangan, teman-teman pelaku teater di Makassar, mulai membuat poster-poster pertunjukan teater mereka dalam ukuran besar. Tren ini, diakui, cikal bakalnya dari beliau. Beliau, saat itu, sengaja membuat foto style dengan ukuran 10R, lalu diolah menjadi poster pertunjukan teater. Dengan begitu, beliau ikut berperan dalam memberikan sentuhan promosi yang lebih kreatif dan inovatif dalam pertunjukan teater. (*)