Poster Film Bioskop dan Promosi Pertunjukan Teater

Poster-poster ini menjadi sarana promosi yang efektif di masanya. Selain dipajang di bioskop, poster-poster itu juga dibawa berkeliling dengan mobil “halo-halo” —sebutan untuk kendaraan yang biasa digunakan juru penerang (jupen) di era Departemen Penerangan (Deppen) masa Orde baru. Mobil “halo-halo” ini biasanya melakukan sosialisasi kebijakan pemerintah kepada masyarakat, termasuk membagi-bagikan selebaran di jalan.

Namun ini merupakan promosi tentang film yang akan diputar di bioskop, lengkap dengan aktor dan aktris pendukung, serta harga karcisnya. Promosinya memang masih sangat konvensional, kala itu.

Di daerah-daerah tertentu, cerita Iwan Azis, malah bukan menggunakan mobil tetapi masih menggunakan bendi atau dokar. Poster-poster film dengan ukuran yang agak kecil dipasang pada bagian sisi kiri dan kanan mobil atau bendi.

“Pelukisnya memang diminta membuat poster ukuran raksasa dan yang agak kecil. Jadi, bisa dibayangkan, perjuangan mempopulerkan sebuah film itu luar biasa,” tambah Iwan Azis.

Salah seorang pelukis poster film di Makassar yang terkenal, di masanya, namanya Jhon. Dia mengerjakan poster-poster itu di Jalan Paceknekang, kalau tidak salah. Jalan ini berada dekat Pasar Sentral. Di situ juga rumahnya. Sebagai pelukis poster, dia butuh matahari biar hasil lukisannya itu cepat kering. Jadi dia tidak pakai tenda untuk berlindung.

BACA JUGA:  AB Iwan Azis Berbagi Kisah Tentang Media dan Wartawan di Masanya

Sebagai pelukis poster film, kata Iwan Azis, harus diakui tidaklah mudah. Beliau melihat pengerjaannya. Pelukisnya menggunakan cat tembok tapi tidak diberi air. Kalaupun dicampur, airnya sangat sedikit. Sehingga catnya tetap kental, dan saat melukis tekstur lukisannya menonjol. Dengan teknik ini, beliau nilai pelukisnya lincah sekali memainkan warna-warna pada lukisan posternya yang dikerjakan di atas kain belacu. Penggunaan cat yang tebal ini memang dibutuhkan, supaya lukisan poster itu bisa tahan berhari-hari bahkan berpekan-pekan.

Pelukis poster film lainnya, yang terkenal, adalah Kadir Ansari. Kadir Ansari ini merupakan seorang otodidak. Semasa hidupnya, aktif di Dewan Kesenian Makassar (DKM). Dia seorang sutradara teater dan penata artistik pertunjukan teater. Pertunjukan teater yang pernah disutradarai  Kadir Ansari, antara lain “Aku Perempuan” (2016) dan “Ca Bau Kan” dari novel karya Remy Silado (2017). Kadir Ansari ini, dahulu aktif di Teater Kita Makassar

Ketika pertunjukan teater “Perahu Nuh 2” (1985), di Makassar, Kadir Ansari membangun setting perahu dengan menggunakan batang-batang bambu. Iwan Azis mengakui seniman multitalenta ini memang hebat.