Tradisi Kebangru’an

Bersama Akeu Surya Panji (atas) dan Yuga Anggana (bawah). Foto: Ist.

“Terdapat pandangan bahwasannya ‘bebunyian dari permainan musik _kebangru’an_ memiliki peran dan fungsi untuk menjaga mata air. Masyarakat meyakini bahwa dengan dimainkannya musik _kebangru’an_ pada ritual ruwatan mata air, air akan tetap mengalir deras, tidak surut; air juga menjadi lebih berkualitas dan memiliki khasiat tertentu dan bisa digunakan sebagai media penyembuhan penyakit hingga media pengabul doa,” tulis Yuga.

*Instrumen Musik Kebangru’an*

Ritus _kebangru’an_ dengan musik sebagai unsur utama kerap mengundang kerumunan masyarakat untuk menyaksikan gelaran ritual tersebut, bahkan orang-orang dari desa lain yang mendengarnya akan turut hadir. Gelaran musik _kebangru’an_ pada ritus _kebangru’an_ menjadi tontotan yang estetis untuk dinikmati sebagai seni pertunjukan. Melalui pertunjukan dalam ritual _kebangru’an_ , interaksi sosial antar warga terjalin. Lokasi ritual _kebangru’an_ menjadi ruang publik, dan musik _kebangru’an_ memiliki peran sebagai media terwujudnya integrasi masyarakat.

Terkait hal ini baiknya kita mengedepankan peran sentral (almarhum) Rihin (Yuga Anggana, 2023: hal, 60) sebagai berikut:

*Pertama* , dengan inovasinya mengubah sajian dan fungsi musik _kebangru’an_ . Stigma akan mistisme dan menakutkannya musik _kebangru’an_ perlahan pudar setelah Rihin memainkan musik tersebut di berbagai kegiatan selain ritual _kebangru’an_ .

BACA JUGA:  Peluang Indonesia Sebagai Aktor Moral Untuk Mediasi Iran dan Israel

Penambahan teks lagu oleh Rihin menjadikan kesan musik _kebangru’an_ menjadi lebih fleksibel. Musik _kebangru’an_ menjadi hiburan yang dimainkan untuk menghibur tamu undangan di acara resepsi pernikahan, peringatan hari besar, juga perayaan-perayaan adat lainnya.

*Kedua* , pada penciptaan melodi nyanyian, mengadaptasi pola melodi instrumen penting dan biola sebagai instrumen melodis pembentuk motif gending. Lalu untuk pembentukan teks lagu Rihin mengambil tema tentang kehidupan sehari-hari.

Selain pesan-pesan tentang pergaulan dan tentang alam, Rihin banyak menulis teks lagu ke-agamaan (Islam). Teks lagu religi yang ditulisnya menjadi salah satu cara Rihin dalam menyampaikan pesan-pesan Islami. Musik _kebangru’an_ dengan teks lagu religinya berfungsi sebagai syi’ar agama –penyampaian pesan kebaikan.

Menurut Akeu, setiap instrumen dalam musik kebangru’an memiliki makna-makna filosofis. Instrumen musik _kebangru’an_ yang berjumlah total 8 (delapan) buah diidentikkan dengan bagian-bagian tubuh manusia, maka ke-delapan instrumen harus dimainkan keseluruhan secara utuh untuk menggambarkan utuhnya manusia.

1. _Penting/Mandolin_ sebagai jantung atau hati (perasaan), pesan di dalamnya, supaya kita menjaga hati tetap bersih dan selalu dalam prasangka baik.