TACTICAL PAUSE” ISRAEL DI GAZA: HARAPAN PALSU ?

Namun, banyak pengamat menegaskan bahwa kebijakan ini hanyalah solusi sementara yang tidak dapat menggantikan kebutuhan mendesak akan pencabutan blokade total dan gencatan senjata yang sesungguhnya.

Antara Realitas dan Harapan

Kebijakan “tactical pause” memperlihatkan paradoks yang nyata: di satu sisi, langkah ini menjadi simbol bahwa tekanan internasional mulai membuahkan hasil; namun di sisi lain, ia juga menunjukkan betapa kecilnya ruang kemanusiaan yang diberikan di tengah perang yang brutal.

Bagi warga Gaza, setiap truk bantuan yang masuk ibarat setetes air di padang pasir yang luas. Mereka tidak hanya membutuhkan makanan dan obat-obatan, tetapi juga jaminan keamanan, akses bebas, dan penghentian blokade yang menjerat kehidupan mereka selama bertahun-tahun.

Jalan ke Depan

Jika “tactical pause” hanya dijadikan solusi kosmetik, penderitaan Gaza akan terus berlanjut. Untuk benar-benar menghentikan krisis, dibutuhkan langkah-langkah besar:

• Gencatan senjata kemanusiaan penuh.
• Pencabutan blokade secara bertahap.
• Peningkatan jumlah bantuan hingga memenuhi kebutuhan minimal harian.
• Rekonstruksi infrastruktur penting dengan dukungan internasional.
• Tekanan diplomatik berkelanjutan kepada Israel dan Hamas untuk membuka ruang dialog.

BACA JUGA:  Meritokrasi Birokrasi NTB

Hanya dengan kombinasi kebijakan tersebut, Gaza bisa keluar dari jurang krisis kemanusiaan yang membelenggunya.

“Tactical pause” mungkin memberi secercah harapan, tetapi ia tidak cukup untuk menyelamatkan Gaza. Yang dibutuhkan bukan sekadar jeda taktis, melainkan perubahan strategis yang memulihkan kemanusiaan. Tanpa itu, kebijakan ini akan tetap menjadi catatan kecil dalam krisis besar yang belum menemukan akhirnya.

29Juli2025