Paket Stimulus Pertumbuhan

Rizal mengingatkan, ada catatan dari pelaksanaan kebijakan stimulus ekonomi sebelumnya. Ketika stimulus disalurkan pada triwulan I-2025, masyarakat bukannya banyak belanja, melainkan masih banyak yang menahan uangnya di sistem perbankan. Ini tampak pada peningkatan rasio tabungan.
Berdasarkan data Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), jumlah tabungan masyarakat di perbankan pada April 2025 mencapai Rp 2.884,88 triliun atau tumbuh 6% secara tahunan. Pertumbuhan ini lebih tinggi dibandingkan dengan periode yang sama pada 2024 sebesar 5%.

Sebelumnya, seiring dengan periode tersebut, pemerintah telah memberikan berbagai program untuk mendorong pergerakan ekonomi selama libur Lebaran. Program ini, antara lain, program pariwisata, diskon tiket pesawat, diskon tarif tol, serta pemberian tunjangan hari raya (THR).

Menurut Rizal, tabungan bukan sekadar indikator finansial, melainkan indikator psikologis sosial. Kenaikan tabungan di tengah stimulus dapat dilihat sebagai bentuk protes secara diam dari masyarakat terhadap kebijakan ekonomi yang dinilai tambal sulam dan tidak menyentuh akar masalah.

”Selama ketidakpastian masih menjadi atmosfer dominan, baik dari sisi harga, pekerjaan, maupun kepastian usaha, maka masyarakat akan terus memilih saving over spending (menabung ketimbang belanja),” ujar Rizal.

BACA JUGA:  Postur APBN Akhir Februari 2025

Ia memperkirakan, ke depan, tren tabungan masyarakat akan sangat mungkin tetap tumbuh tinggi. Apalagi, jika stimulus yang diberikan tidak disertai dengan reformasi struktural yang nyata, terutama di sektor riil yang padat modal diiringi padat karya.

Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira menyatakan, pemberian paket stimulus ekonomi oleh pemerintah belum tentu menggenjot ekonomi tumbuh 5% pada triwulan II dan triwulan III-2025.

”Pertama, Bantuan Subsidi Upah (BSU) tidak menyentuh pekerja informal yang sebagian besar upahnya di bawah upah minimum. Kedua, memanfaatkan momen libur sekolah hanya bersifat temporer dan bias kelas menengah ke atas,” katanya.

Ia mencontohkan, insentif tarif jalan tol dan tiket maskapai cenderung hanya akan dinikmati oleh kelompok menengah atas atau mereka yang memiliki dana lebih untuk aktivitas rekreasi. Artinya, stimulus yang diberikan belum menjangkau semua yang membutuhkan.

Selain kebijakan fiskal, terdapat pula pelonggaran kebijakan moneter yang turut diarahkan untuk mendorong perekonomian. Dalam hal ini, Bank Indonesia (BI) telah memangkas suku bunga acuannya pada Mei 2025 sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 5,75%.