Paket Stimulus Pertumbuhan

4.⁠ ⁠Bantuan Subsidi Upah (BSU) (Rp10,72 triliun)
BSU akan diberikan kepada 17,3 juta pekerja bergaji di bawah Rp 3,5 juta per bulan, dengan nominal sebesar Rp 300.000 selama dua bulan, jadi totalnya yang akan diterima Rp 600.000.

“Selain pekerja di bawah gaji 3,5 juta, akan diberikan bantuan subsidi ke 565 ribu guru honorer baik itu 288 ribu di lingkungan Kemendikdasmen dan sisanya guru di Kemenag. Guru honorer akan dapatkan Rp 300.000 per bulan untuk dua bulan, yaitu Rp 600.000,” kata Sri Mulyani.

5.⁠ ⁠Perpanjangan Diskon Iuran JKK (Rp0,22 tiliun)
Diskon iuran Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK) sebesar 50% dan berlaku selama enam bulan diberikan kepada pekerja sektor padat karya. Anggaran yang dibutuhkan untuk perpanjangan diskon iuran JKK Rp 200 miliar non-APBN.

*Beberapa Catatan*

Ekonom Senior Institute for Development of Economics and Finance (INDEF), Tauhid Ahmad, kepada detikcom menyebut jika paket kebijakan ekonomi pemerintah tersebut lebih banyak menyasar kepada kalangan ekonomi bawah. Sementara itu, kelas menengah justru tidak mendapatkan manfaat yang sama besarnya (detikFinance: 03-06-2025).

BACA JUGA:  PERJUANGAN BURUH DALAM LEMBARAN ARSIP (May Day Antara Lupa dan Dikenang)

Lebih lanjut Tauhid mengatakan bila pemerintah seharusnya membuat stimulus tambahan yang lebih berefek terhadap para kelas menengah. Menurutnya, kebijakan yang efektif adalah kebijakan yang merangsang padat karya. Dengan kata lain, pembukaan lapangan kerja adalah jalan keluar untuk menambah perputaran uang dalam negeri.

Pentingnya stimulus untuk kalangan menengah disebut sebagai cara untuk membuat Indonesia lepas dari jerembab deflasi. Dari data yang ada, Indonesia dilanda deflasi sebesar 0,37% pada Mei 2025 secara bulanan (month to month/mtm). Deflasi ini menjadi deflasi ketiga sepanjang tahun setelah Januari (-0,76%) dan Februari (-0,48%).

Para pengamat menyebut jika hal ini imbas dari antisipasi masyarakat untuk menahan pengeluaran. Kembali lagi, akar masalahnya adalah keadaan yang semakin sulit ditambah dengan adanya situasi tak menentu akibat bergulirnya PHK di berbagai sektor.

Beberapa catatan lain, dirangkum oleh www.kompas.id 05-06-2025, sebagai berikut:

Kepala Center Makroekonomi dan Keuangan Institute for Development of Economics and Finance (Indef) M Rizal Taufikurahman berpendapat, stimulus ekonomi yang diberikan bisa menjadi bantalan ekonomi. Namun, hal ini bisa juga hanya sebagai jendela etalase untuk mendorong konsumsi dalam jangka pendek.

BACA JUGA:  Soal Angka Kemiskinan

”Jika hanya untuk jangka pendek, jangan heran bila stimulus hanya menjadi shock absorber yang tidak menimbulkan daya dorong ekonomi fundamental dan berkelanjutan,” kata M Rizal.