“Nyen Nawang”: Menertawai Kesedihan

“Bagi saya hal itu terwakili di lukisan Kasih Ibu Tak Tiada Tara,” kata Sid.

Sejalan dengan Sidzia, Veve melihatnya sebagai gambaran perjuangan seorang ibu. Dilakukan sampai kapan pun, ibu rela berjuang.

“Di situ saya melihat percikan cat warna merah seperti darah,” ungkap Veve.

“Sejujurnya itu adalah pancaran kasih sayang seorang ibu. Ketika ia lekat melihat anaknya. Tanpa harus melihat keadaan diri sendiri, sebagai ibu,” tambah Decitra, seorang ibu dengan dua orang putra ini.

Sebenarnya, menurut pengakuan Sidzia ke Wing Irawan, ide dan gagasan itu semua untuk media musik. Namun, karena mentok, jadinya digarap dalam media seni rupa.

“Artinya tetap berpikir waras sajalah dari fenomena naif kekinian. Dan sebagai bentuk keprihatinan seniman seni rupa terkait terbatasnya ruang pameran di Mataram,” aku Sidzia.

Bagi Wing Irawan, Sidzia adalah representatif dari keunikan dan sikap “nyeleneh”.

“Nyanyi oke, buat komik oke. Mural, desain art work untuk merchandise, yo iyo. Pokok men sembarang. Ide dan gagasan kreatifnya, cen oke. Tagline khasnya, “persetan dengan skill yang penting tampil”. Tapi saya karib dengan Sidzia sebagai pemusik,” tulis Wing di beranda facebook-nya.

BACA JUGA:  Sang Legenda dan Istirahatlah Cinta

Wing mengingatkan Sidzia saat berulang tahun pada 13 Juni lalu, kreativitas itu bentuk lain dari kebangkrutan eksitensi. Anehnya, kesalahpahaman antar teks diamini sebagai bagian paling erotik dan estetik untuk mendapatkan apresiasi.

“Media karya kreatif seniman bisa apa saja. Tapi esensi dasarnya tidak menjadi penting,” tandas Wing.

*Lantas, mengapa diksinya “Nyen Nawang”?*

“Nyen Nawang dalam Bahasa Bali bila diartikan ke dalam Bahasa Indonesia memiliki arti “Siapa Tahu”, ujar Sidzia.

Namun dalam konteks ini, “Nyen Nawang” bukan sebuah pertanyaan. Melainkan semacam harapan atau sikap optimis.

Lantas Sid memberi contoh. _Nyen Nawang mani semengan maan rezeki_ . Artinya, siapa tahu besok pagi dapat rezeki.

“Namun, bila ditautkan dalam Bahasa Jawa, “Nawang” memiliki arti melihat,” tambah Sidzia.

“Nyen Nawang maksudnya (harapannya) apa, jika dikaitkan dengan _art exhibition_ ?”

“Mungkin kalau bicara secara global –bila dianalogikan sebuah negara–, ini bentuk respon terhadap kondisi kesemrawutan yang terjadi di Republik ini. Namun bukan berarti kita lantas menyerah. Ada api yang harus tetap di jaga dan menyala, salah satunya kesenian. Kira-kira seperti itulah,” ujar Sidzia.

BACA JUGA:  Merayakan Keganjilan

“Ya. Soalnya dari judul-judulnya sangat unik. Keseharian tapi punya makna besar.”

Soal ini, Sidzia menganalogikannya dengan lokasi dan mekanisme pen-‘display’-an. Jauh dari kata estetika. Karena bagaimana pun ruangan untuk pameran yang ada di Teman Baca, beberapa bulan lalu, terkena rembesan air hujan. Lumut dan tembok retak serta sarang laba-laba menjadi hal yang cukup mengganggu.