Kemah Literasi biasanya dilaksanakan bertepatan dengan perayaan hari besar nasional, seperti sumpah pemuda maupun kemerdekaan Republik Indonesia. Di samping itu, program yang secara kontinu dilaksanakan di Lumbung Literasi ialah kelas membaca Al-Qur’an. Bentuk kegiatan ini yaitu pendampingan untuk membaca Al-Qur’an dengan baik dan benar.
Relawan Literasi
Sepanjang perjalanan selama enam tahun, Perpustakaan Lumbung Literasi mendapat dukungan dari Kementerian Komunikasi dan Digital Republik Indonesia (Kemkomdigi) berupa bantuan jaringan internet (VSAT: Very Small Aperture Terminal. Sistem ini terdiri dari antena parabola, pemancar, dan modem untuk menghubungkan ke jaringan)
Dengan adanya bantuan jaringan internet ini akan lebih mempermudah Lumbung Literasi menjalankan program-program yang ada. Dan tentu saja sangat diperlukan sebagai alat komunikasi berbasis internet bagi para anggotanya.
Semantara dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia (Perpusnas RI), Lumbung Literasi mendapatkan “Anjungan” Titik Baca.
Titik Baca Perpusnas adalah fasilitas layanan literasi yang menyebar luaskan akses buku dan bahan bacaan ke masyarakat. Berupa aplikasi dan kode QR yang menghubungkan pemustaka ke koleksi buku digital yang disediakan.
“VSAT dan Anjungan Titik Baca sungguh saling melengkapi. Hal ini menambah minat dan semangat para anggota untuk berlama-lama di Lumbung Literasi,” ucap Randa, pengkarya novel “Lalu (2020)”, dan kumpulan cerpen “Sebuah Jembatan dan Andang-Andang (2021)”.
Pada 2025, Randa terpilih sebagai Relawan Literasi Masyarakat (Relima) Perpusnas RI. Relima adalah program yang bertujuan untuk meningkatkan literasi masyarakat Indonesia melalui pemberdayaan dan pendampingan pengelolaan perpustakaan. Relima berperan sebagai jembatan antara Perpusnas dan masyarakat dalam meningkatkan budaya baca dan literasi.
“Perjalanan sebagai Relawan Literasi Masyarakat tempo hari–Senin, 4 Agustus 2025–mengantarkan saya untuk bersua dengan kawan-kawan pengelola perpustakaan desa, komunitas literasi maupun taman bacaan masyarakat dengan corak mereka yang multikultural,” katanya.
Selanjutnya, Randa mencatat temuannya. Misalnya, di Desa Ubung, dengan antusiasme hingga rencana pengembangan perpustakaan desa yang diusung Kepala Desa maupun Kepala Perpustakaannya; Rumah Baca Muhsinin Almadani Desa Prako dengan gedung baru maupun kelas matematika dan bahasa Inggrisnya; Komunitas Pemuda Peduli Literasi (Komplit) Desa Lelong dengan pinjam buku maupun usaha madunya; hingga TBM Semeton Bace Desa Marong dengan kelas membaca Al-Qur’annya.







br






