Kedua, Sasaran Visi 3 menargetkan penurunan kemiskinan dari 11,91persen menjadi 9,40 persen dan kemiskinan ekstrem nol pada 2029. Realistis, asalkan intervensi fokus pada 106 desa kantong kemiskinan ekstrem di Lombok Utara, Lombok Timur, dan Bima. Rasio gini turun tipis dari 0,364 menjadi 0,357—kemajuan kecil yang harus dibarengi kebijakan distribusi pendapatan yang adil.
Tantangan terbesarnya ada pada target pertumbuhan ekonomi 6,75 persen, yang akan sulit dicapai tanpa lonjakan investasi produktif dan peningkatan produktivitas sektor unggulan.
Ketiga, Sasaran Visi 4 dan 5—(peningkatan Indeks Inovasi Daerah dari 63,4 menjadi 81,2, Indeks Daya Saing dari 3,4 menjadi 3,72), serta (penurunan emisi GRK dari 25,99 persen menjadi 39,77persen)—menuntut langkah nyata.
“Dibutuhkan _Center of Excellence_ riset-inovasi, _task force_ khusus implementasi proyek strategis, dan pembiayaan hijau ( _green financing_ ). Tanpa itu, target lingkungan dan inovasi hanya akan menjadi jargon,” pungkas Iwan.
*Pentingnya Indeks Modal Manusia*
Di tempat terpisah pada Sabtu (23/8), Cukup Wibowo, Widyaiswara Ahli Utama BPSDM Provinsi NTB, menyoroti tantangan besar yang dihadapi NTB, bagaimana mendorong sumber daya manusia (SDM) agar tidak berhenti di level “menengah”, tetapi bisa melompat menjadi SDM unggul.
“Ini erat kaitannya dengan Indeks Modal Manusia ( _Human Capital Index)_ ,” ujar Cukup.
Indeks Modal Manusia (IMM) ibarat termometer yang mengukur seberapa sehat, cerdas, dan terampil sebuah bangsa atau daerah. Sama seperti seorang atlet yang harus bugar, punya teknik, dan strategi untuk bisa juara, begitu pula sebuah daerah membutuhkan manusia yang sehat, terdidik, dan produktif agar bisa tumbuh ekonominya.
IMM biasanya diukur lewat empat komponen utama:
1. Pendidikan → Sejauh mana anak-anak NTB bisa mengenyam sekolah berkualitas.
Contoh: Apabila angka partisipasi sekolah menengah naik, maka generasi muda akan lebih siap masuk dunia kerja.
2. Keterampilan → Apakah tenaga kerja memiliki keahlian yang sesuai dengan kebutuhan industri.
Contoh: Program pelatihan vokasi pariwisata dan perhotelan akan sangat relevan untuk NTB yang kaya destinasi wisata.
3. Kesehatan → Apakah masyarakat sehat dan cukup gizi.
Contoh: Anak yang tumbuh tanpa stunting akan punya kecerdasan dan daya saing lebih baik ketika dewasa.
4. Produktivitas → Seberapa besar kemampuan menghasilkan barang/jasa dengan efisien.
Contoh: Petani yang terlatih menggunakan teknologi pertanian modern bisa meningkatkan hasil panen tanpa menambah biaya besar.