Beberapa catatan penting kurun waktu triwulan II-2025 antara lain:
• Panen raya menyebabkan potensi padi meningkat. Peningkatan potensi panen padi sebesar 3,15 persen sedangkan produksinya meningkat 5,86 persen. Pergeseran musim panen pada tahun ini, yang dimulai sejak bulan Maret, menyebabkan peningkatan produksi tidak setinggi pada triwulan II tahun sebelumnya.
• Data jumlah penumpang berangkat pada angkutan udara meningkat 4,07 persen dibandingkan triwulan II-2024, yaitu meningkat dari 315.634 penumpang menjadi 328.385 penumpang.
• Jumlah tamu hotel di NTB tercatat 685.713 orang. Jumlah ini meningkat sebesar 31 persen dibandingkan kondisi triwulan II-2024.
• Realisasi belanja pegawai yang bersumber dari APBD Provinsi dan Kabupaten/Kota lebih rendah dibandinkan dengan triwulan II-2024. Realisasi belanja pegawai tercatat turun 3,2 triliun pada triwulan II-2024 menjadi 2,9 triliun pada triwulan II-2025.
• Ekspor luar negeri tervatat sebesar 187,14 juta USD, masih mengalami penurunan yang cukup dalam dibandingkan dengan triwulan II-2024 yang tercatat sebesar 840,20 juta USD.
• Impor luar neferi tercatat sebesar 90,52 juta USD, mengalami penurunan dibandingkan dengan triwulan II-2024 yang tercatat sebesar 292,22 juta USD.
*Kaitan RPJMD 2025-2029*
Dihubungi Jum’at (22/8), Associate Professor Iwan Harsono, Pengajar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Mataram, mengkaitkan situasi Ekonomi NTB triwulan II-2025 dari sisi Sasaran Visi 2 Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) NTB 2025-2029, yang menargetkan lonjakan PDRB per kapita dari kisaran Rp32,8 juta menjadi Rp74-81 juta.
Menurutnya, kenaikan lebih dari dua kali lipat ini menuntut pertumbuhan ekonomi tahunan di atas 10 persen (riil). Sementara tren historis NTB hanya 4–5 persen, bahkan pada semester I-2025 kontraksi (-1,47 persen di triwulan I dan -0,82 persen di triwulan II).
“Target Indeks Ekonomi Biru Indonesia dari 54,53 menjadi 85,72 serta kontribusi industri pengolahan dari 3,87 persen menjadi 7,5 persen hanya mungkin tercapai jika hilirisasi garam dan udang dijalankan serius, disertai pembangunan minimal empat kawasan industri agromaritim, “ ujarnya.
Adapun, kesepakatan RPJMD NTB yang baru di sahkan minggu lalu, ternyata target pertumbuhan ekonomi NTB hingga 2029 sudah direvisi. Bukan 10 persen atau 8 persen. Tapi 6,75 persen di tahun 2029!
“Itupun sulit dicapai,” imbuh Iwan.
Untuk mendukung tercapainya target secara menyeluruh, Iwan memberi catatan lain sebagai berikut:
Pertama, Sasaran Visi 1 menetapkan peningkatan Indeks Modal Manusia dari 0,54 menjadi 0,55 pada 2029. Secara teknis, kenaikan ini realistis namun minim ambisi. Jika NTB ingin keluar dari perangkap “SDM menengah”, maka diperlukan akselerasi lewat pendidikan vokasi yang relevan dengan industri, reformasi kurikulum, peningkatan kualitas guru, dan penguatan layanan kesehatan dasar.