Jika generasi muda dibesarkan dengan mitos, mereka akan tumbuh dalam ilusi.
Tapi jika mereka dibesarkan dengan pemahaman yang jujur—meski pahit—mereka akan membangun masa depan dengan dasar yang lebih kokoh.
Buku ini bukan hanya kritik, tapi juga harapan: bahwa sejarah bisa menjadi alat penyembuhan, bukan hanya pengingatan.
Ia mengingatkan kita bahwa setiap bangsa memiliki masa lalu yang rumit.
Tidak perlu malu mengakuinya.
Justru dengan pengakuan itulah muncul kebesaran sejati.
Karena bangsa yang dewasa bukanlah bangsa yang sempurna, melainkan bangsa yang berani bercermin, melihat luka, dan berusaha memperbaikinya.
Dalam semangat itulah, Loewen menyerukan agar pendidikan sejarah menjadi ruang untuk membangun kesadaran kolektif, bukan sekadar sarana membentuk kebanggaan semu.
-000-
Apa pelajaran untuk kita di Indonesia?
Jika bangsa sebesar Amerika saja harus belajar untuk melihat ulang sejarahnya, mengapa kita tidak?
Dalam menulis ulang sejarah resmi Indonesia, apakah kita siap mengakui sisi gelap masa lalu kita sendiri?
Apakah kita akan menyisihkan peristiwa 1965, Mei 1998, atau peran kelompok minoritas dan kekerasan seksual atas perempuan hanya karena mereka tidak sesuai dengan narasi ideal yang ingin dibangun?
Sejarah seharusnya menjadi jendela, bukan dinding.
Jika ia menjadi ruang gelap tempat kita menyembunyikan kenyataan, maka kita bukan sedang membangun bangsa, tapi sedang menyamarkan luka.
Mari belajar dari keberanian James Loewen.
Karena kejujuran dalam sejarah bukanlah ancaman bagi negara, melainkan fondasi dari kedewasaan bangsa.
Jakarta, 17 Mei 2025
-000-
Ratusan esai Denny JA soal filsafat hidup, political economy, sastra, agama dan spiritualitas, politik demokrasi, sejarah, positive psychology, catatan perjalanan, review buku, film dan lagu, bisa dilihat di FaceBook Denny JA’s World
https://www.facebook.com/share/16QbSYLr9P/?mibextid=wwXIfr