Israel Tidak Memiliki Sifat Manusia

Dalam tradisi dan ajaran Islam, sifat manusia (al-insaniyah) adalah cerminan dari akal, nurani, dan empati. Allah menyebut manusia sebagai ashraful makhluqat — makhluk paling mulia. Tapi kemuliaan itu bukan karena bentuk tubuh atau kecanggihan teknologi, melainkan karena kemampuannya untuk berbuat adil, berkasih sayang, dan menjunjung kebenaran.

Ketika semua itu hilang, maka manusia hanya tinggal jasad yang dikendalikan oleh hawa nafsu. Dan itulah yang menggambarkan Israel hari ini.
Lihatlah bagaimana mereka menjadikan pembunuhan sebagai kebijakan resmi. Rudal diluncurkan tanpa ragu ke rumah sakit, sekolah, bahkan kamp pengungsi. Mereka menyebut itu “operasi militer”, padahal dunia tahu itu pembantaian. Dalam satu hari, bisa ratusan nyawa hilang, dan mereka merayakannya dengan pesta dan sorak-sorai.

Lebih mengerikan lagi, mereka merasionalisasi kejahatan dengan narasi suci. Menggunakan agama sebagai tameng untuk menjajah, membunuh, dan menindas. Mereka menyebut pendudukan atas tanah Palestina sebagai “kembali ke tanah yang dijanjikan.” Padahal yang mereka lakukan bukan penebusan sejarah, tapi pencurian masa depan bangsa lain.
Pernyataan Presiden Italia tadi, sebetulnya adalah teguran terbuka terhadap kemanusiaan dunia yang sudah lama diam. Saat negara-negara Arab masih sibuk beretorika tanpa aksi, ketika organisasi internasional hanya mampu mengeluarkan resolusi tanpa gigi, pemimpin dari sebuah negara Eropa ini justru berani berkata terang: “Israel tidak memiliki sifat manusia.”
Dan kita patut bertanya: jika Israel tidak memiliki sifat manusia, lantas mengapa dunia memperlakukannya seolah lebih mulia dari manusia lainnya?

BACA JUGA:  Kemunafikan Israel Soal Senjata Nuklir

Mengapa mereka terus diberi dana, senjata, dan legitimasi politik, sementara Palestina yang dikepung, dibombardir, dan dianiaya justru disalahkan karena membela diri?
Kita juga tidak bisa melupakan bahwa dalam Al-Qur’an, Allah sudah menggambarkan sebagian kaum Bani Israil (nenek moyang ideologis Israel modern) dengan karakter keras kepala, pendusta, dan melampaui batas.

“Kemudian hati kalian menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi…”
(QS. Al-Baqarah: 74)
“Mereka membunuh para nabi tanpa alasan yang benar…”
(QS. Al-Baqarah: 61)

Kesombongan mereka bukan baru hari ini. Sudah sejak ribuan tahun lalu, mereka selalu merasa sebagai bangsa pilihan yang tak bisa disentuh hukum manusia. Dan dalam hadis pun, Rasulullah ﷺ menyebut bahwa mereka adalah kaum yang paling dengki terhadap Islam dan kaum beriman.

Dari situlah kita memahami bahwa apa yang dilakukan Israel hari ini bukan semata-mata urusan militer atau teritorial, tapi cerminan dari karakter ideologis yang telah lama terbentuk: karakter yang melihat nyawa selain mereka sebagai tidak penting, yang memandang tanah orang lain sebagai haknya, dan yang menganggap keadilan sebagai sesuatu yang hanya berlaku jika mereka yang diuntungkan.

br
br