Penguasaan penuh atas Gaza, apalagi jika diikuti dengan pemindahan paksa penduduk dan pembangunan permukiman ilegal, akan menjadi bencana kemanusiaan dan pelanggaran berat terhadap hukum internasional.
Warga Gaza telah lama hidup dalam kondisi terisolasi dan terjajah. Pengambilalihan total oleh militer Israel hanya akan memperparah trauma kolektif dan memperkuat resistensi.
Hamas mungkin akan hancur secara struktur, tetapi benih perlawanan akan tetap tumbuh di antara generasi muda Palestina yang menyaksikan rumah mereka dihancurkan, keluarga mereka terbunuh, dan masa depan mereka dirampas.
KEPENTINGAN POLITIK DALAM NEGERI ISRAEL
Langkah ini tidak bisa dilepaskan dari dinamika politik dalam negeri Israel. Perdana Menteri Benjamin Netanyahu berada dalam tekanan politik dan hukum.
Dengan banyaknya tuntutan hukum terhadapnya, ia memerlukan narasi kemenangan militer untuk memperkuat posisi politiknya. Mengambil alih Gaza bisa menjadi kartu politik besar untuk memuaskan elektorat sayap kanan dan kelompok ultranasionalis yang mendominasi koalisinya.
Bagi kelompok tersebut, Gaza bukan hanya wilayah konflik, tetapi tanah warisan religius dan historis yang harus “dikembalikan” ke dalam kekuasaan Yahudi. Maka, misi militer di Gaza lebih dari sekadar menghancurkan Hamas; ini adalah bagian dari narasi ideologis tentang tanah yang dijanjikan dan pembentukan Israel Raya.
SIMPATI TAPI TAK BERTINDAK
Dunia internasional tampak terbagi. Di satu sisi, banyak negara Barat mengutuk aksi kekerasan terhadap warga sipil, tetapi di sisi lain, mereka tetap mendukung “hak Israel untuk membela diri.” Kebanyakan negara Arab berada dalam posisi yang sulit—di antara solidaritas terhadap Palestina dan kepentingan geopolitik dengan Israel dan Barat.
PBB telah memperingatkan bahwa pengambilalihan penuh atas Gaza bisa menjadi bencana kemanusiaan yang lebih besar. Namun sejauh ini, belum ada tekanan serius yang bisa menghentikan Israel.
Lembaga kemanusiaan internasional juga menghadapi tantangan berat, karena akses ke Gaza semakin tertutup, dan banyak dari mereka menjadi target dalam konflik ini.
APA JALAN KELUAR?
Mungkinkah pengambilalihan Gaza dari Hamas oleh Israel justru menjadi katalisator untuk perdamaian? Secara realistis, tidak. Pendekatan militer jarang, jika pernah, menghasilkan solusi politik yang berkelanjutan. Bahkan jika Hamas hancur, tanpa solusi politik yang adil dan mengakui hak-hak rakyat Palestina, akan selalu ada kelompok baru yang lahir dari puing-puing kehancuran.
Jalan keluar sejati adalah rekonsiliasi politik internal Palestina, desakan internasional untuk mengakhiri pendudukan, dan dimulainya kembali proses damai yang adil, setara, dan mengakui hak rakyat Palestina untuk hidup merdeka di tanahnya sendiri.