Ketiga, setiap Lorong Wisata harus punya karakter berbeda. Jangan sekadar dekorasi warna-warni tanpa menghadirkan kekhasan dan ciri dari masing-masing lorong. Memang, pada awalnya, akan terlihat indah saat catnya masih baru, tapi rentan pudar oleh waktu. Lorong-lorong yang hadir sekadar belo-belo ini juga tidak punya daya tahan, dan terancam terabaikan setelah warna-warninya mengelupas.
Keempat, pengembangan Lorong Wisata sebaiknya dengan perencanaan matang. Harus diakui, ada banyak Lorong Wisata yang dibuat tidak dengan perencaan matang, integratif dan berkelanjutan. Hanya sekadar diklaim sebagai Lorong Wisata setelah pengecatan, dengan penataan pot-pot secara darurat, simsalabim. Lorong Wisata tak boleh hanya mengandalkan cat dan gambar warna-warni sebagai spot foto.
Perlu ada atraksi dan agenda kegiatan di lorong yang dibuat secara reguler. Dengan begitu, lorong jadi hidup, tidak monoton, dan akan mendinamisasi aktivitas dan kreativitas warga. Lorong Wisata perlu menyusun kalender event dengan promosi yang masif pada berbagai platform digital. Bila ada kalender event yang mengangkat seni budaya setempat akan jauh lebih menarik. Materi pertunjukkan dalam kegiatan ini pun bisa dikemas jadi konten digital untuk edukasi dan literasi.
Lihatlah nasib Lorong Garden di Jalan Toddopuli II, Kelurahan Kassi-Kassi, Kecamatan Rappocini yang pernah dikunjungi Menteri Luar Negeri Australia, Julie Bishop, dan Duta Besar Australia untuk Indonesia, Paul Grigson, pada Selasa, 22 Maret 2016. Saat itu, sebelum meresmikan gedung Konsulat Jenderal Australia di Wisma Kalla, Jalan Dr Sam Ratulangi, Julie Bishop meninjau Lorong Garden yang merupakan kebun mini tanaman hidroponik. Negeri Kanguru itu memang sebelumnya turut berperan membantu pelaksanaan Lorong Garden di Jalan Langgau (https://nasional.tempo.co).
Namun, setapak yang pernah disusuri dengan berjalan kaki bersama Danny Pomanto itu, tak lagi rimbun, hijau, asri seperti sedia kala. Lorong yang sempat dimeriahkan aneka tanaman itu, kini kembali normal, seperti biasa, tak punya keistimewaan. Padahal pernah dipamerkan dan dibanggakan sebagai contoh keberhasilan. (*)


br






br






