Dia punya energi untuk menyediakan waktu menjelajah tema dan judul-judul yang digarapnya. Dia membaca isu-isu aktual, merefleksikannya dalam tulisan-tulisan sesuai sudut pandangnya yang original. Dia membangun argumentasi yang sistematis dengan merujuk pada regulasi, teori-teori, kajian akademik, data-data dan fakta lapangan. Semuanya dielaborasi secara renyah, secara konsisten, dalam lingkup pilihan tema besar yang disasarnya: tata ruang dan perencanaan wilayah.
Penulis buku ini tak hanya melakukan repetisi atas gugatan-gugatan yang mungkin sudah jadi pengetahuan umum, tapi juga menawarkan ide-ide segar. Di antaranya, dia mengajak berbagai komponen untuk menggunakan sudut pandang dan pendekatan agama dalam melakukan dan mengembangkan perencanaan wilayah dan tata ruang.
Bukankah, menurutnya, idealnya dalam teori, ada adagium yang menyatakan planning is a transdisciplinary process? Dia juga secara cerdas dan bernas menawarkan pemanfaatan spirit ke-INDONESIA-an dalam perencanaan wilayah dan tata ruang. Paradigma pembangunan dan penataan ruang Indonesia itu, imbuhnya, mesti berpijak dan berlandaskan pada dua sistem nilai yang kita anut, yaitu nilai-nilai dari falsafah negara Pancasila dan nilai-nilai dan falsafah hidup ajaran agama (Islam).
Harus diakui, ada banyak penulis, tapi tidak semua penulis disiplin pada tema dan isu yang dibidiknya. Sehingga, sangat pantas untuk memberikan apresiasi atas dedikasi kepenulisan yang sudah ditunjukkan oleh saudara Mohammad Muttaqin Azikin. Saya percaya, dia tak hanya menguasai tema dan isu seputar perencanaan wilayah dan tata ruang, tapi juga sudah nyaman berumah di sana.
Biasanya, mereka yang istikamah pada bidang penulisan tertentu, sebagai jalan hidup dan pilihan hidupnya, punya misi suci, tak hanya sebatas profesi menulis dan sebagai bagian dari gerakan literasi. Namun juga punya misi dakwah, yakni dakwah bil lisan.
Sebagaimana yang dimaklumatkan penulis sendiri. Bahwa “Karya sederhana ini merupakan sebentuk komitmen dan pengkhidmatan dalam rangka menyuarakan dan memperjuangkan terwujudnya TATA RUANG yang manusiawi, berkeadilan, berkebudayaan, berperadaban serta berkesinambungan, berlandaskan pada kepribadian dan jiwa Bangsa INDONESIA.
Meski ikhtiar ini masih sebatas kerja-kerja kecil, namun saya berharap dapat menjadi seberkas cahaya dalam upaya menumbuhkan kesadaran publik akan pentingnya TATA RUANG yang ramah anak di negeri ini. (*)
*Pengantar buku “Tata Ruang dan Problem-Problem Planologis” karya Mohammad Muttaqin Azikin