Pameran Lukisan dan Dialog Antargenerasi di Mataram

Catatan Agus K Saputra

NusantaraInsight, Ampenan — Taman Budaya Nusa Tenggara Barat (NTB) pada tanggal 18–30 Oktober 2025 menjadi ruang pertemuan lintas generasi para pelukis Kota Mataram.

Di bawah tema “Mengurai Kebekuan”, pameran bersama ini menghadirkan semangat baru dalam dunia seni rupa lokal.

Kepala Taman Budaya NTB, Lalu Surya Mulawarman, menegaskan bahwa pameran ini bukan sekadar agenda rutin, melainkan momentum penting untuk mencairkan ketegangan dalam proses kreatif yang selama ini membeku akibat berbagai faktor sosial dan kultural.

Menurutnya, dalam era peradaban komunikasi 5.0, para seniman dihadapkan pada tantangan yang kompleks. Di satu sisi, teknologi membuka peluang baru bagi ekspresi artistik; namun di sisi lain, ia menghadirkan arus deras pelompatan budaya yang kerap menciptakan jarak antara seniman, publik, dan konteks sosialnya.

Pameran ini berupaya menghadirkan ruang dialektika, tempat seniman dan penikmat karya bisa “berselancar di lautan kreativitas” dengan kesadaran sosial yang lebih tajam.

Surya Mulawarman juga menekankan pentingnya pameran-pameran keguyuban semacam ini untuk membangun iklim psikologis yang sehat antarperupa. Dalam suasana kebersamaan, seniman dapat saling mendukung, menguatkan, dan memantik semangat baru.

BACA JUGA:  Sebuah Sketsa: PERLAWANAN MEONG KARELLA

Lebih jauh, kegiatan seperti ini bukan hanya membangun ekosistem seni lukis yang hidup, tetapi juga membuka peluang ekonomi kreatif melalui karya yang lahir dari kejujuran dan kolaborasi.

Mencairkan Kebekuan dalam Gagasan dan Teknik

Sebagai kurator, Agus Fn—yang dikenal sebagai penulis sekaligus pelukis—menawarkan pandangan menarik tentang pameran ini. Dalam kuratorial bertajuk “Mencairkan Kebekuan”, ia menegaskan bahwa pameran ini tidak hanya menyajikan lukisan dalam ragam gaya dan warna, tetapi juga menghidupkan suasana nostalgia dan transformatif.

Beberapa pelukis senior yang pada masa lalu menjadi rujukan gaya dan mutu karya tampil kembali, berbaur dengan generasi muda yang membawa semangat baru.

Agus Fn menyoroti proses regenerasi yang tampak jelas dalam pameran ini. Ada pelukis yang telah matang dalam teknik dan gagasan, ada pula yang masih dalam proses pencarian bentuk dan identitas artistiknya. Namun perbedaan itu bukan jurang, melainkan jembatan kreatif.

Dalam acara melukis bersama yang digelar sebelum pameran, dialog antar-generasi menjadi titik temu yang memperkaya proses dan hasil karya.

BACA JUGA:  NGOPI DAN BUKU

Kurator ini menegaskan bahwa pameran bersama semacam ini memiliki nilai substansial: ia mencerminkan perjalanan seni lukis Mataram sejak dekade 1980-an hingga kini. Banyak di antara peserta merupakan pelukis non-akademisi yang tetap teguh berkarya dalam keterbatasan fasilitas dan ruang publik.

br
br