Mualim, “Fotografer” Cilik di Pantai Losari

Setelah ngobrol sebentar dengan Mualim, saya alihkan pandangan ke arah 3 anak muda yang sedang mengabadikan momen mereka di salah satu destinasi wisata favorit ini. Saya datangi mereka. Ternyata mereka mahasiswa Politeknik ATI (Akademi Teknologi Industri) Makassar.

Kepada ketiganya, saya perlihatkan hasil jepretan Mualim. Mereka kontan berdecak kagum.

Saya pun meminta tolong salah seorang di antaranya agar mau mengambil gambar, sebagaimana angel dalam foto itu.

Kepada Mualim saya katakan, “Nanti saya tulis ki untuk berita na.”

Kami kemudian difoto oleh salah seorang mahasiswa tadi. Posisinya persis sama dengan sudut pengambilan gambar yang dilakukan Mualim.

Mualim, 13 tahun, sudah melakukan aktivitas di Pantai Losari sejak masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD). Sehari-hari ia berjualan tisu, yang seharga 5.000an.

Mualim kini kelas 7 di SMP Negeri 4 Makassar. Dia tinggal di Rappokalling, yang berjarak hampir 8 km dari rumahnya.

Ibunya penjual pisang epe, juga di kawasan Losari. Namun dagangannya ini bukan milik sendiri, melainkan punya keluarganya. Ibunya hanya pekerja.

BACA JUGA:  Obituari H.Andi Idris Bau Mange, S.Sos. Ceria dan Selalu Menyejukkan

Biasanya, Mualim ke kawasan Anjungan Pantai Losari, setelah pulang sekolah, sekira pukul setengah 2. Dia bisa sampai larut malam di sini, tentu bukan untuk bermain tetapi bekerja.

“Nanti jam 1 malam baru pulang ka,” kata Mualim pelan.

Ngobrol dengan Mualim, sore itu, rupanya menarik perhatian Nur Alisha, yang juga melakukan aktivitas di Pantai Losari, sebagai penjual manisan.

Gadis kecil yang masih duduk di kelas 6 SD Negeri Kalukuang, Makassar, ini malah lebih banyak bercerita tentang Mualim. Tak heran bila ia disebut cerewet hehehe.

Nur Alisha menuturkan, mereka memang kerap diminta tolong untuk memotret.

“Karena tidak semua orang datang dengan teman na,” ujar Nur Alisha.

“Supaya kalo rame-rame ki, bisa semua difoto bersama,” terang Mualim, menimpali.

Terbukti sore itu, ada pengunjung, seorang ibu, mencari fotografer cilik yang, katanya, biasa menawarkan bantuannya ke pengunjung.

Saya bilang ke ibu itu, tadi anaknya ada. Namun dia sedang berenang di laut.

Saya akhirnya jadi tukang foto dadakan. Saya minta ibu itu berpose dengan sudut pengambilan yang dicontohkan Mualim.

BACA JUGA:  SEMESTA JURNALISME: DARI GUTENBERG HINGGA ZUCKERBERG

Menurut pengakuan Mualim dan Nur Alisha, jasa sebagai “tukang foto” ini tak selalu dihargai berupa tip.

Meski begitu, mereka senang bisa membantu pengunjung yang ingin mendokumentasikan kehadirannya Anjungan Pantai Losari.

Apalagi banyak spot foto yang instagramable untuk diposting di akun medsos sebagai cerita sekaligus kenangan. (*)