Oleh: Syafruddin Muhtamar
Mungkin tidak banyak yang tahu, ketika bulan sama sekai tidak nampak, dan malam berselimut gulita: besok adalah bulan baru, ketika dengan bulan itu, sejarah hijrah Al Mustafah ditorehkan dalam catatan sejarah semesta.
Malam berlalu, menyeret gelap dengan tertatih-tatih. Wajah bulan tak hirau sama sekali. Namun hening, membawa syahdu keagungan sepertiga malam, dari Jumat yang agung.
Hari pertama bulan muharram, telah tiba pada tahun hijriah 1446. Usia sejarah bagi masyarakat muslim, menghampiri 1500. Kurang 54 tahun. Jika malam makin gulita, karena tanpa kehadiran wajah sang rembulan, maka apakah angka 1500 ini, sebagai usia sejarah kehidupan masyarakat muslim, tidak menimbulkan syak wasangka?
Sang pemimpin agung ummat muslim, Rasulullah SAW menarik goresan catatan kelahiran sebuah ummat yang dimuliakan. Bahan nabi-nabi mulai mencemburuinya, bahkan jika mungkin “melepas” kenabiannya dengan mencukupkan diri hanya menjadi ummat dari Nabi Pemimpin para Nabi, Rasulullah SAW.
Kenangan sejarah hijrah kaum muslimin di bulan Muharram itu, terngiang tiada henti sepajang melaju di jalan layang, melintang yang melingkar. Niat hadir dalam undangan zikir bersama civitas akademika Universitas Muslim Indonesia (UMI). Menyambut 1 Muharram 1446 hijriah.
Matahari pagi masih nampak lemah, matanya dibuai sepoi angin yang berhembus lembut. Lamat di udara merambat nada suara Al-Qur’an menyambut para jamah zikir di Mesjid Umar Bin Khattab, yang begitu takzim berdiri kokoh ditengah kawasan kampus Islam itu.
Tertera dalam undangan agenda: Peringatan Tahun Baru Islam 1446 H, Dzikir, Doa dan Silaturahim. Ribuan Jamaah zikir dari keluarga besar Yayasan Badan Wakaf UMI, berduyung-duyung memadat dalam ruang mesjid. Bersiap dalam ritual mulia, ibadah menyambut dan memasuki tahun baru bagi kaum muslim.
Diawali dengan shalat duha berjamaah, lalu panjatan doa-doa yang panjang: bagi para pendahulu UMI yang telah di alam barzah, bagi yang masih hidup agar dikaruniakan usia penuh berkah ilahiyah lahir dan batin, dan harapan akan terwujudnya cita-cita mulia UMI di masa depan, sebagai kampus Islami.
99 nama agung dilafalkan dalam irama penuh hayat. Membawa asa membumbung ke langit tak bertepi. Asmaul Husnah melantun dalam atmosfir gemah suara penuh dan padat di setiap udara yang menggelantung.
Tilawah al Quran mendayu-dayu, setelahnya. Hikmah menyapa setiap hati yang melembut dalam terpaannya. Betapa hanya keagunganNya saja yang ada. Bulan Muharram, awal bulan yang bersimbah berkah.